Pages - Menu

Suci Wulandari

Suci Wulandari
Suci Wulandari

Jumat, 30 September 2011

PARIWISATA, MAKANAN KHAS, DAN KERAJINAN TANGAN DI KABUPATEN CILACAP


A.    PARIWISATA
Ø  Wisata Alam
1.      Pulau NusaKambangan
Pulau Nusakambangan merupakan salah satu kawasan pantai selatan Kabupaten Cilacap yang dipisahkan oleh Selat Segara Anakan yang memisahkan dengan daratan Pulau Jawa. Pulau Nusakambangan dikenal juga pulau penjara yang mempunyai kesan menyeramkan itulah kesan yang acap terdengar oleh siapapun yang belum pernah datang berkunjung ke Pulau Nusakambangan.
Pulau ini memang menawarkan banyak hal. Semakin lama mendekat dan melihat kesan menyeramkan berangsur-angsur sirna . bayangan yang menyeramkan pada penghuni penjara, serta hutan belantara yang sampai saat ini masih mampu melindungi satwa-satwanya perlahan-lahan akan melumatkan kesan menyeramkan bahkan kesan tersebut berganti rasa takjub dan detak kekaguman   tiada habisnya .
Seramya mendengar para penghuni LP anda tidak usah kawatir sebab diantara lokasi wisata dengan Lembaga Pemasyarakatan sangat jauh. Dari 9 buah LP, 5 diantaranya LP Karanganyar, Nirbaya, Karang tengah, Gligir dan Limusbuntu sudah tidak digunakan, namun sekarang sudah dibangun untuk penjara khusus narkoba dan penjara terbuka serta penjara super maksimum security.
Sejak tahun 1985 Lembaga Pemasyarakatan tinggal 4 LP yang di gunakan diantaranya LP Besi, LP Batu , LP Permisan dan LP Kembang kuning (Penjara yang dibangun antara tahun 1908 sampai dengan 1950) yang rata-rata mempunyai kapasitas 500 orang sampai 2000 orang .
Pulau Nusakambangan yang memanjang dari barat ketimur sepanjang kurang lebih 36 km dan lebar antara 4 – 6 KM dengan luas keseluruhan adalah 210 km2 atau 21.000 ha memang menyimpan misteri dan daya tarik wisata seperti goa, pantai, benteng dan keindahan batuk arang dan keindahan panorama alam, hutan cagar alam, dan hutan belantara .

2.      Pantai Selok
Terletak di ujung selatan Pulau Jawa, keberadaan Pantai Selok terkadang tidak disadari oleh kebanyakan penduduk Jawa Tengah. Ketidaktahuan ini menyebabkan pantai yang sebenarnya cukup elok ini sepi pengunjung. Tak ada yang menyadari pesona pantai yang terletak tak jauh dari Gunung Selok ini. Memang, beberapa tahun lalu pantai ini seakan-akan tidak ada apa-apanya. Padahal, objek wisata yang terletak di dekat Gunung Srandil ini kini menyimpan sejuta pesona yang siap memanjakan wisatawan yang mengunjunginya.
Sekarang, Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap sedang mengembangkan objek wisata Pantai Selok. Berbagai fasilitas telah ditambahkan untuk meramaikan objek wisata ini. Di antaranya adalah Penyewaan Motor ATV, Bola Gila, Sepeda Air, dan Kolam Renang. Wahana anak seperti Mandi Bola pun kini telah tersedia. Warung makanan juga  sudah  mulai menjamur di jalanan.
Bagi wisatawan yang ingin bertapa atau dalam bahasa Jawa disebut nepi pun ada Goa Nagaraja. Goa ini sangat terkenal bagi para pertapa. Selain lokasinya yang memang dekat dengan Gunung Selok yang juga merupakan tempat pertapaan yang terkenal, di dalamnya pun ada sebuah kolam yang airnya dipercaya memberi berkah.
Bagi pecinta alam yang ingin menginap atau mengenal lebih dekat dengan alam, Pantai Selok juga merupakan tempat yang cocok. Suasananya yang masih asli dan jauh dari pemukiman membuatnya sangat strategis.
Bagi wisatawan yang hobby memancing, tempat ini juga sangat ideal. Pertemuan dua arus, yaitu arus dari Sungai Serayu dan dari laut sendiri membuat di sini terdapat bebagai jenis ikan air tawar, air laut, dan air payau seperti blanak, terongan, ikan buntal, dan lain-lain.
Bagi wisatawan yang hanya ingin jalan-jalan atau melihat pemandangan pun tempat ini sangat cocok. Pantainya yang masih bersih serta udaranya yang segar siap memanjakan panca indera pwngunjungnya. Keelokan Gunung Selok, keindahan Laut Jawa, serta hamparan Pantai Selok yang indah siap mencuci mata pengunjungnya.
3.      Pantai Widarapayung
Pantai Widarapayung  merupakan sebuah pantai yang terletak di Desa Widarapayung,Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Dinamakan demikian, sebab terletak di wilayah desa Widarapayung, yaitu sekitar 35 km ke arah timur Cilacap. Satu obyek pariwisata di kabupaten Cilacap ini menawarkan panorama yang indah dan sangat baik untuk bermain selancar.
Wilayah pantai ini memang tidaklah terlalu luas namun kondisi pantainya sangat landai dengan dipagari pohon kelapa sehingga membuat pantai ini sejuk. Banyak pepohonan hijau pada bibir pantainya. Fasilitas yang ada cukup memadai, seperti MCK, tempat parkir, restoran, kolam renang, tempat pemandian dan sebagainya. Biasanya pantai ini ramai pengunjung pada saat hari Minggu atau libur nasional. Pada bulan puasa sendiri pantai ini sangat ramai pengunjung, apalagi pada saat libur lebaran pengunjung bisa dipastikan membludak. Pantai ini juga pernah dijadikan sebagai tuan rumah "Raimuna Daerah Se-Jawa Tengah" tahun 2009, yaitu suatu kegiatan yang diikuti oleh para anggota Pramuka se-Jawa Tengah.

4.      Pantai Teluk Penyu
Kawasan pantai yang membujur dari utara (Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap) ke selatan (Pulau Nusakambangan) dengan panorama gelombang laut yang cukup besar, kapal-kapal tangker yang keluar masuk Pelabuhan Tanjung Intan dan perahu-perahu nelayan tradisional yang berlalu lalang di sepanjang pantai Teluk Penyu. Di sepanjang pantai tersedia kios-kios/warung yang menjajakan ikan asin kering dan basah yang siap langsung dimasak serta aneka kerajinan kerang dan souvenir lainnya. Terletak di Kecamatan Cilacap Selatan dengan jarak 2 Km ke arah timur dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Cilacap dan dapat dijangkau dengan kendaraan umum dan pribadi. 
5.      Jh

Ø  Wisata Sejarah
Ø  Benteng Pendem
Benteng Pendem Cilacap atau dalam bahasa Belanda disebut ”Kusbatterij op de Lantong te Cilacap”, terletak sekira setengah kilometer ke arah selatan dari objek wisata pantai Teluk Penyu. Bangunan ini adalah bekas markas pertahanan tentara Hindia Belanda yang dibangun secara bertahap tahun 1861-1879 dengan luas 6,5 hektar. Konfigurasi bangunan Benteng Pendem, sampai saat ini masih kokoh. Arsitek Belanda mendesain Benteng Pendem lengkap dengan barak/ ruang prajurit, klinik, terowongan, penjara, ruang amunisi, ruang tembak yang dikelilingi pagar dan parit serta tertimbun tanah sedalam 1-3 meter.
Kini, bangunan bersejarah itu menjadi salah satu objek wisata andalan Kabupaten Cilacap. Disebut Benteng Pendem, karena bangunan bersejarah itu nyaris tertutup tanah perbukitan. Dari puncak benteng ini, kita dapat melihat Samudra Indonesia.
Belanda membangun Benteng Pendem sebagai markas pertahanannya hingga tahun 1942. Sebab, saat perang melawan Jepang, Sekutu kalah. Benteng ini kemudian dikuasai Jepang. Benteng tersebut, juga menjadi saksi perjuangan rakyat Cilacap melawan penjajahan Belanda. Di benteng ini, ratusan rakyat Cilacap dan para pejuang ditawan penjajah.
Sebelumnya tak ada yang menyangka, jika di dalam tanah gundukan yang berada tak jauh dari kilang minyak tersebut terdapat sebuah bangunan bersejarah. Karena konon tempat tersebut lebih dulu dibuat bangunan, baru setelah itu ditimbun dengan tanah setebal empat meter, sehingga bangunan tersebut tidak terlihat.
Pada masa pemerintahan Belanda, banyak tentara yang dipenjara di Benteng Pendem dikabarkan tidak kembali. Di lokasi ini diperkirakan masih terdapat bangunan lain yang tertimbun. Dari Benteng Pendem itu pula, konon terdapat terowongan yang menghubungkan dengan benteng sejenis serta sejumlah gua-gua di Pulau Nusakambangan melalui bawah laut.
B.     MAKANAN KHAS
Cilacap sebagai kabupaten yang kaya akan hasil laut dan hasil pertanian tentu mempunyai kekhasan dalam kuliner terutama untuk oleh-olehnya. Bisa dijumpai di toko-toko oleh-oleh di Cilacap seperti di sekitar pantai, terminal, pasar, jl A Yani, jl Bakung dan lain-lain.
1.      Nopia
Nopia merupakan jajanan khas Banyumas termasuk Cilacap. Bentuknya bulat berwarna putih dan berisi campuran gula merah. Rasanya enak. Cara menbuatnya unik yaitu ditempelkan pada kuali panas.
2.      Lanting
Bentuknya yang lucu seperti donat dengan tengah yang bolong tetapi kecil dan keras. Lanting terbuat dari singkong dengan cara digoreng. Kebanyakan berwarna putih tetapi ada juga yang berwarna merah.
3.      Selai Pisang
Selai Pisang merupakan jajanan khas Cilacap. Dibuat dari pisang yanmg dikeringkan. Rasanya gurih dan manis. Cocok untuk makanan ringan. Ada yang dimodifikasi dengan digoreng dan ditaburi keju atau coklat.
4.      Kripik Tempe
Merupakan jajanan khas Banyumas termasuk Cilacap. Kripik tempe dibuat dari tempe mendoan yang digoreng hingga kering. Bentuknya tipis persegi dan warna coklat. Rasanya gurih dan renyah. Cocok untuk disantap sendiri atau pelengkap makan nasi, soto dan mi.
5.      Kripik Bayam
Kripik bayam merupakan jajanan khas Cilacap. Dibuat dari bayam yang digoreng dengan tepung. Rasanya gurih renyah dan tentu saja menyehatkan karena berbahan dasar bayam. Bentuknya yang tipis dengan warna coklat hijau tentu saja sangat disukai anak-anak. Cocok dimakan tunggal atausebagai campuaran makan nasi atau soto.
6.      Stik Sukun dan Kripik Sukun
Cilacap selain kaya akan hasil lautnya juga mempunyai produk unggulan dibidang pertanian yaitu sukun. Buah sukun terkenal sampai ke luar negeri sampai-sampai Ratu Inggris pernah menyebutnya sebagai buah roti. Buah sukun yang pada dasarnya sudah enak dan gurih seperti roti lebih enak lagi bila diolah. Di Cilacap buah sukun banyak diolah menjadi stik dam kripik. Kripik sukun berbentuk tipis sementara stik sukun berbentuk panjang persegi. Diolah dengan cara digoreng. Rasanya sangat gurih dan renyah.
7.      Tempe Mendoan
Tempe mendoan merupakan tempe yang khas wilayah Banyumas termasuk Cilacap. Bentuknya lebar dan tipis. Biasanya digoreng sebentar dengan bumbu tepung sampai berwarna agak kehijauan. Tidak mentah dan tidak terlalu matang disebut digoreng dengan cara mendo. Cara menyantapnya panas-panas dengan cabe rawit hijau. Bisa juga untuk lauk makan atau tambahan makan lotek dan soto. Dapat dijumpai di pasar- pasar, jln. A Yani, jln. Sutoyo dan lain-lain.
8.      Lontong Opor Cilacap
Lontong opor Cilacap sangat khas yaitu lontong yang disiram dengan kuah opor kental ditambah bumbu kacang. Rasanya sangat nikmat dan gurih. Dapat dijumpai di jln. A Yani.
9.      Serabi Cilacap
Serabi Cilacap dibuat dari tepung, gila merah, kelapa dan santan. Dimasak dengan wajan kecil dari tanah liat di atas tungku kecil dengan bara arang. Bentuknya lebar dan bundar warna putih di tengahnya coklat dengan rasa gurih dan manis. Biasanya dijual pada waktu subuh hingga pagi hari. Dapat dijumpai di jln. A Yani, jln. Sudirman dan lain-lain.
10.  Kerupuk Ikan Tengiri
Kerupuk Ikan Tengiri memiliki kekhasan rasa tersendiri, kerupuk yang gurih dengan berbagai bentuk stik dan bulat.


Pada dasarnya produk makanan khas Cilacap ini sudah memiliki pasar tersendiri, bahkan untuk beberapa produk sudah ada yang dikirim keluar daerah. Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh para produsen diantaranya adalah teknologi produksinya masih menggunakan teknologi padat karya, artinya masih mengandalkan tenaga manusia untuk produksi .
C.    KERAJINAN
Cilacap memiliki berbagai jenis kerajinan tangan/handycraft yang sangat prospektif. Kerajinan tangan tersebut, mulai dari anyaman bambu di klumprit, kerajinan tas di Binangun, aneka patung dan hiasan dari tanah liat di Jeruklegi hingga hiasan-hiasan dari kerang dan kulit ikan.

BAHASA DAN BERBAHASA


A.    Hakikat Bahasa
Banyak orang yang mendefinisikan bahasa sebagai suatu system simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berdasarkan pada budaya yang mereka miliki bersama. (Soenjono, 2003: 16)
Berikut ini ada beberapa pendapat dari para ahli untuk mengungkapkan apa itu bahasa, antara lain:
  1. Menurut Sapir (1921) dalam A. Chaedar Alwasilah (1990) dalam....... bahwa bahasa adalah “A purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotions, and desires, by means of a system of voluntarily produced symbols.”
Dalam batasan tersebut ada lima butir terpenting yaitu bahwa bahasa itu:
a.       Manusiawi
Manusiawi karena hanya manusialah yang memiliki sistem simbol untuk berkomunikasi. Binatang pun dapat berkomunikasi, dan mempunyai sistem bunyi, tetapi sistem itu bukanlah kata-kata. Dengan demikian mereka tidak memiliki bahasa. Manusia telah berbahasa sejak dini sejarahnya, dan perkembangan bahasanya inilah yang membedakan manusia dari makhluk lain; hingga membuat dirinya mampu berpikir.
b.      Dipelajari
Dipelajari, karena manusia ketika lahir tidak langsung mampu berbicara. Seiring dengan perkembangan anak, anak akan mempelajari bahasa dengan memperhatikan orang lain untuk berkomunikasi dengan orang lain.
c.       Sistem
Bahasa memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Perangkat inilah yang menentukan struktur apa yang diucapkannya. Struktur ini disebut grammar. Aturan ini dibuat dan diubah oleh orang-orang yang menggunakannya. Aturan ini ada karena para penuturnya menggunakan bahasa dalam cara tertentu dan tidak dalam cara lain. Dan karena ada kesepakatan umum tentang aturan ini maka orang menggunakan bahasa dalam cara tertentu yang memiliki arti. Dikarenakan ada kesepakatan inilah maka kita bisa mempelajari dan mangajarkan bahasa apa saja.
d.      Arbitrer
Bahasa mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dalam cara tertentu pula adalah secara kebetulan saja. Orang-orang melambangkan satu kata saja untuk melambangkan satu benda, misalnya kata kuda ditujukan hanyalah untuk binatang berkaki empat tertentu karena orang lain berbuat demikian. Demikian pula kalimat berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Dalam bahasa Latin kata kerja cenderung menempati posisi akhir, dalam bahasa Perancis kata sifat diletakkan setelah kata benda seperti halnya bahasa Indonesia. Ini adalah semua karena kebetulan saja.
e.       Simbolik
Bahasa terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti. Kita bisa menggunakan simbol-simbol ini untuk berkomunikasi sesama manusia karena manusia sama-sama memiliki perasaan, gagasan, dan keinginan. Dengan demikian kita menerjemahkan orang lain atas acuan pada pengalaman diri sendiri. Kalau kita mengerti ujaran orang yang berkata, “Saya lapar”, ini karena kita pun biasa mengalami peristiwa lapar itu. Sistem bahasa apapun memungkinkan kita membicarakan sesuatu walau tidak ada di lingkungan kita. Kita pun bisa membicarakan sesuatu peristiwa yang sudah terjadi atau yang akan terjadi. Ini dimungkinkan karena bahasa memiliki daya simbolik, untuk membicarakan konsep apapun juga. Ini pulalah yang memungkinkan manusia memiliki daya penalaran (reasoning).
  1. Harimurti Kridalaksana (1983)
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Dari definisi tersebut dapat diuraikan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa, antara lain: (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
  1. Stephen Ullmam (1977) Semantics An Introduction to the Science of Meaning
(1) Language is a vehicle of communication. Language is code.
(2) Language exists in a potential state.
(3) Language is a social institution
(4) Language is fixed.
(5) Language is slow moving.
(6) Language is purely psychological.
  1. Bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrar yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi (Finocchiaro, 1964 : 8).
  2. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Kentjono, 1982: 2).
  3. Bahasa adalah sistem bunyi dan urutan bunyi vokal yang terstruktur yang digunakan, atau dapat digunakan, dalam komunikasi interpersonal oleh sekelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat di sekitar manusia (carrol, 1961 :10)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrer yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat sebagai alat untuk berkomunikasi, bekerja sama dan mengidentifikasikan diri.

Berdasarkan pengertian bahasa di atas, dapat diketahui tentang karakteristik bahasa, antara lain oral, sistematis, arbitrer, konvensional, unik dan universal, beragam, berkembang, produktif, fenomena sosial, dan bersifat insani.
  1. Oral
Ciri bahwa bahasa adalah bunyi adalah wajar mengingat kenyataan bahwa pengalaman berbahasa yang paling umum pada manusia adalah berbicara dan menyimak. Kehadiran bunyi bahasa lebih dulu daripada kehadiran tulisan. Sehubungan dengan itu, Bloomfield (1979) menyatakan bahwa bahasa pada hakikatnya adalah lisan (oral).
  1. Sistematis
Bahasa memiliki sifat sistematis yang berarti bahwa dalam bahasa itu terdapat aturan atau kaidah. Beroperasinya bahasa selalu terikat pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Karena itu pula dapat dikatakan bahwa bahasa itu teratur.
  1. Arbitrer dan simbolis
Ciri arbitrer ini tampak pada hubungan antara lambang dan yang dilambangi dalam pengertian bahwa tidak ada hubunga langsung antara lambang dan yang dilambangi. Sifat arbitrer itu hanya berlaku dalam masyarakat bahasa dalam bentuk kesepakatan dan konvensi.
  1. Konvensional
Bahasa dapat disebut konvensional, sebagai sifat hasil kesepakatan. Hal yang perlu dipahami adalah kenyataan bahwa kesepakatan itu bukanlah formal yang dinyatakan melalui musyawarah, sidang, rapat atau kongres, atau rapat raksasa, untuk menentukan lambang tertentu.
  1. Unik dan universal
Setiap bahasa memiliki ciri khasnya sendiri yang tidak terdapat dalam bahasa lain. Dengan kata lain setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang diskrit, yang memberikan identitas diri sebagai bahasa yang berbeda dari yang lain.
  1. Beragam
Perwujudan bahasa tidaklah monolitik, satu maujud yang menunjukkan keseragaman. Dengan kata lain bahasa itu beragam.
  1. Berkembang
Karakter ini berlaku pada bahasa yang masih hidup, seperti bahasa Indonesia, bahasa Banjar, bahasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Madura, dan lain-lain.
  1. Produktif
Pemakai bahasa dengan pola-pola dan lambang-lambang yang terbatas dapat mengkreasi hal-hal baru (new world) melalui bahasa. Kridalaksana (dalam Kentjono (ed.), 1982) mengartikan produktifitas itu dari perbandingan unsur dan pemakainya. Dari unsur-unsur yang terbatas bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya.


  1. Fenomena sosial
Bahasa itu merupakan fenomena sosial. Bahasa itu sudah menyatu benar dengan orang yang menggunakannya karena bahasa itu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik kebudayaan, maka setiap bahasa merefleksikan kebudayaan masyarakat pemakainya.
  1. Bersifat insani
Bahasa merupakan suatu aspek perilaku yang bisa dipelajari hanya oleh manusia. Bahasa menumbuhkembangkan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan menempatkan peradabannya jauh diatas berbagai bentuk kehidupan makhluk yang lebih rendah.

B.     Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa adalah alasan-alasan mengapa seseorang berbicara. Fungsi bahasa pada umumnya mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan. Ada dua macam fungsi bahasa, yaitu :
·         Fungsi bahasa yang bersifat intrapersonal (mathetik), yaitu penggunaan bahasa untuk memecahkan persoalan (problem solving), mengambil keputusan (decision making), berpikir, mengingat, dan sebagainya.
·         Fungsi bahasa yang bersifat interpersonal (progmatik), yaitu yang menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan penutur (message). Biasanya diungkapkan dalam bentuk kalimat perintah, kalimat tanya dan kalimat berita.
Fungsi bahasa yang paling utama sejak seseorang belajar bahasa adalah untuk komunikasi. Komunikasi dengan bahasa diadakan melalui dua macam aktivitas manusia yang mendasar, yaitu dengan berbicara dan mendengarkan (Clark & Clark,1977).
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
  1. Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Contohnya, seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya.
Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku,  merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
-         agar menarik perhatian orang  lain terhadap kita,
-         keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
  1. Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
  1. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Anggota-anggota masyarakat  hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan.  Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.


  1. Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.


C.    Proses Bahasa dan Berbahasa
Proses bahasa adalah suatu deskripsi tentang alat-alat, materi, dan prosedur yang ada dalam mental kita yang dipergunakan manusia untuk memproduksi dan mengerti bahasa. Jadi, berkaitan dengan persepsi manusia terhadap bahasa dan produksi bahasa. Yang dimaksud persepsi bahasa adalah kemampuan manusia untuk menganalisa bunyi ujaran dan mengidentifikasikannya sebagai suatu kata atau kalimat, serta menangkap ide-ide yang terkandung dalam kalimat tersebut. Persepsi bahasa ini tidak hanya persepsi auditif, artinya bagaimana kita menganalisa bunyi melalui teling, tetapi juga menyangkut persepsi lainnya seperti fonetik, persepsi kategorinal, adaptasi selektif, daya ingat auditif (auditary memory) dan lain-lain (Clark & Clark, 1977,halaman 175)
Mengenai proses mental yang terjadi ketika kita berbicara atau ketika kita menangkap suatu pembicaraan, merupakan suatu kejadian yang rumit. Kita akan bertanya bagaimana suatu kalimat dimengerti fungsinya oleh pendengar sebagai suatu suruhan atau pemberitahuan dan bagaimana kalimat sindiran dapat ditangkap maknanya. Dalam hal ini, peranan berpikir dan fungsi-fungsi lainnya ikut berperan, bahkan mengambil peranan yang sangat penting.
Proses Berbahasa adalah Proses mental yang terjadi pada waktu kita berbicara ataupun proses mental yang menjadi dasar pada waktu kita mendengar, mengerti, dan mengingat dapat diterangkan dengan suatu sistem kognitif yang ada pada manusia.
Manusia mempunyai suatu sistem penggunaan bahasa dan psikologi bahasa mempelajari cara kerja dari sistem ini. Sistem ini dapat menerangkan misalnya, bagaimana manusia dapat menyampaikan pikiran dengan kata-kata (produksi bahasa) dan bagaimana manusia dapat mengerti “isi pikiran” atau makna dari suatu kalimat yang diucapkan atau ditulis (persepsi bahasa).
Menurut Moulton (1976) terdapat 11 tahapan proses bahasa dari pembicara sampai pada pendengar pada saat berkomunikasi, yaitu :
1.      Membuat kode semantis
2.      Membuat kode gramatikal
3.      Membuat kode fonologis
4.      Perintah otak
5.      Gerakan alat ucap
6.      Bunyi yang berupa getaran
7.      Perubahan getaran melalui telinga pendengar
8.      Getaran diteruskan ke otak
9.      Pemecahan kode fonologis
10.  Pemecahan kode gramatikal
11.  Pemecahan kode semantis