Pages - Menu

Suci Wulandari

Suci Wulandari
Suci Wulandari

Jumat, 29 Maret 2013

Sinopsis Naskah Drama "AyahKu Pulang" karya Usmar Ismail


Naskah drama berjudul Ayahku Pulang ini, berkisah tentang seorang ayah yang bernama Raden Saleh tega meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih kecil demi mengejar harta. Saat Raden Saleh pergi, keadaan rumah pun masih miskin. Anak pertamanya bernama Gunarto, saat itu masih berumur 8 tahun, anak keduanya bernama Maimun yang saat itu juga masih balita, sedangkan anak ketiganya, Mintarsih saat itu masih dalam kandungan sang ibu. Sang ayah pergi merantau untuk bekerja di Singapura. Setelah sukses di sana, kemudian ia menikah dengan seorang janda yang kaya.
Suatu saat api membakar habis tokonya, ia menanggung kerugian besar. Investasi yang ia lakukan pun gagal, akhirnya ia pun terlunta-lunta. Kini usianya telah tua dan ia memilih untuk kembali ke keluarganya yang lama.
Dua puluh tahun sudah berlalu, Gunarto kini sudah dewasa dan menjadi tulang punggung keluarganya. Gunarto bekerja di pabrik tenun, wataknya keras karena beratnya perjuangan hidup yang harus ia lalui tanpa kasih sayang dan didikan seorang ayah. Maimun juga sudah memiliki pekerjaan, sedangkan Mintarsih bekerja dengan menerima jahitan.
Saat itu keluarganya sangat bahagia tanpa seorang ayah yang menemani kehidupan mereka. Pada malam hari Raya Idul Fitri, saat Gunarto pulang kerja. Gunarto menemukan ibunya yang sedang melamun, teringat kejadian dua puluh tahun yang lalu, di malam yang sama sang ayah telah meninggalkan mereka. Kenangan itu membuat luka lama di hati Gunarto kembali terbuka. Ia memilih tidak membicarakan hal itu dan mencoba mengalihkan pembicaraan. Maimun kemudian pulang dan membawa kabar bahwa tetangga mereka melihat seorang laki-laki tua yang mirip dengan ayah mereka. Tak lama kemudian, Mintarsih pun pulang dan juga berkata bahwa ia melihat ada seorang lelaki tua di seberang jalan yang sedang melihat kearah rumah mereka.
Beberapa saat kemudian, seorang laki-laki tua menghampiri rumah mereka. Ibu langsung mengenali orang tua itu sebagai suaminya yang telah lama pergi meninggalkan mereka. Maimun dan Mintarsih yang tidak mengerti permasalahan yang dulu pernah terjadi, langsung saja menerima orang itu sebagai ayah mereka. Lain halnya dengan Gunarto yang masih memiliki rasa dendam yang mendalam pada ayahnya, ia tidak sudi menerimanya kembali di rumah mereka.
Ibu menyuruh laki-laki tua itu untuk masuk ke dalam rumah dan menyuruh Maimun mengambilkan minuman. Ayah pun melihat Gunarto yang kini sudah dewasa. Lalu ayahnya meceritakan kehidupannya sewaktu di Singapura, dia mempunyai istri, tetapi kemudian tokonya terbakar habis dan  sekarang kehidupannya menjadi terlunta-lunta. Gunarto pun marah, sifat angkuhnya yang menurun dari sang ayah pun muncul dan ia mencaci-maki ayahnya. Mengingatkan ayah, ibu dan adik-adiknya tentang kesalahan yang telah diperbuat ayahnya di masa lalu, serta mengingatkan perjuangannya sebagai tulang punggung keluarga. Sang ayah menyesal dan akhirnya memilih untuk pergi karena tidak ingin mengganggu kedamaian keluarganya.
Ibu hanya bisa menangis menahan kepedihan dan penderitaan yang dialaminya lagi, ditinggalkan suaminya di saat malam hari raya Idul Fitri. Maimun dan Mintarsih menyesalkan perilaku Gunarto yang tidak mau menerima kembali ayah mereka, karena bagaimanapun juga mereka tetap darah dagingnya. Maimun akhirnya bertekad untuk menentang kakaknya dan pergi untuk memanggil ayahnya kembali pulang. Tetapi Maimun hanya menemukan baju dan peci ayahnya saja di pinggir jembatan. Ternyata sang ayah bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan ke dalam sungai.
Akhirnya Maimun membawa topi dan baju sang ayah ke rumah. Saat itulah Gunarto terkejut dan sangat menyesali perlakuannya terhadap sang ayah. Gunarto pun pergi berlari untuk mengejar ayahnya ke jembatan,
Gunarto mencari ayahnya dan memanggil-manggil nama ayahnya. Usaha Gunarto pun tidak membuahkan hasil, kini yang tersisa hanyalah penyesalan yang mendalam di hati Gunarto.