BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia
sekitarnya melalui bahasa tangis. Melalui bahasa tersebut seorang bayi
mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Sejalan dengan
perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan
proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas, misalnya dengan
orang di sekitarnya lingkungan dan berkembang dengan orang lain yang baru
dikenal dan bersahabat dengannya.
Oleh karera itu, perkembangan bahasa dimulai dari
tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi
atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik
(1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah anak mulai mengucapkan kata kata yang, pertama. Periode
linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang
kornpleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan
yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata
benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu
kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini
anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat
tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang
pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua
kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan
seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi
egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mcngadakan komunikasi
dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan
anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya
sendiri yang sederhana.
3. Fase ketiga adalah
fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung antara usia dua setengah
sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan
berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang
mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai
dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah
mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu
mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih
lancar lagi dengan lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa itu?
2.
Bagaimana pendekatan mikro dan makro linguistik itu?
3.
Bagaimana analisis keadaan bahasa pada anak usia 18
bulan bila dikaji dengan pendekatan mikro dan makro linguistik?
C.
TUJUAN
1. Memahami materi mengenai pemerolehan
bahasa
2. Memahami pendekatan mikro dan makro
linguistik.
3.
Mengidentifikasi
bahasa pada anak usia 18 bulan
dengan pendekatan mikro dan makro linguistik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PEMEROLEHAN
BAHASA
Penguasaan
sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa pertama yang
sering kali disebut bahasa ibu. Pemerolehan bahasa merupakan sebuah proses yang
sangat panjang sejak anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih berbahasa.
Setelah bahasa ibu diperoleh maka pada usia tertentu anak lain atau bahasa
kedua yang ia kenalnya sebagai khazanah pengetahuan yang baru.
Bahasa
ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak awal hidupnya melalui
interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan
masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan bahasa pertama merupakan suatu
proses awal yang diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan lambang yang disebut
bahasa.
Pemerolehan
bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa
ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa.
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
seorang anak-anak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa
pertamanya. Pemerolehan
bahasa adalah suatu proses yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan
serangkaian hipotesis yang semakin bertambah rumit ataupun teori-teori yang
masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan
ucapan-ucapan orang tuanya sampai ia memilih berdasarakan suatu ukuran atau
takaran penilaian, tata bahasa yang baik serta paling sederhana dari bahasa.
Lebih jelasnya pemerolehan bahasa diartikan sebagai suatu proses yang pertama
kali dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan bahasa sesuai dengan potensi
kognitif yang dimiliki dengan didasarkan atas ujaran yang diterima secara
alamiah.
Setiap
orang pernah menyaksikan kemampuan menonjol pada anak-anak dalam berkomunikasi,
mereka berceloteh, mendekur, menagis, dan dengan atau tanpa suara mengirim
begitu bayak pesan dan menerima lebih banyak lagi pesan. Ketika beumur satu
tahun, mereka berusaha menirukan kata-kata dan mengucapkan suara-suara yang
mereka dengar disekitar mereka, dan kira-kira pada saat itulah mereka mengucapkan
kata-kata pertama mereka. Kurang lebih umur 18 tahun, kata-kata itu berlipat ganda
dan mulai muncul dalam kalimat dua atau tiga umumya disebut ujaran-ujaran
“telegrafis (bergaya telegram)”.
1. Kurang dari 1 tahun
·
Belum
dapat mengucapkan kata-kata,
·
Belum
menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya,
·
Dapat
membedakan beberapa ucapan orang dewasa.
2. 1 tahun
·
Mulai
mengoceh,
·
Bermain
dengan bunyi (bermain dengan jari-jari tangan dan kakinya)
·
Perkembangan
pada tahap ini disebut pralinguistik.
·
Ketika
bayi dapat mengucapkan beberapa kata, mereka memiliki ciri-ciri perkembangan
yang universal.
·
Bentuk
ucapan hanya satu kata, sederhana, mudah diucapkan dan memiliki arti konkrit
(nama benda, kejadian atau orang-orang di sekitar anak).
·
Mulai
pengenalan semantik (pengenalan makna).
3. 2 tahun
·
Mengetahui
kurang lebih memiliki 50 kata.
·
Kebanyakan
mulai mencapai kombinasi dua kata yang dikombinasikan dalam ucapan-ucapan
pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain yang seharusnya
digunakan.
·
Mulai
mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat menggunakan bentuk bahasa yang
menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa.
·
Mulai
dapat membuat kalimat-kalimat pendek.
4. Taman Kanak-kanak
·
Memiliki
dan memahami sejumlah besar kosa kata,
·
Mampu
membuat pertanyaan-pertanyaan, kalimat majemuk dan berbagai bentuk kalimat,
·
Dapat
berbicara dengan sopan dengan orang tua dan guru.
5. Sekolah Dasar
·
Peningkatan
perkembangan bahasa, dari bahasa lisan ke bahasa tulis,
·
Peningkatan
perkembangan penggunaan bahasa.
Pemerolehan
bahasa seseorang khususnya anak-anak (balita) lebih banyak diperoleh dari
faktor keluarga dan lingkungan. Faktor keluarga meliputi ibu, ayah, kakak, dan
keluarga lainnya, sedangkan faktor lingkungan tersebut meliputi lingkungan di
rumah seperti teman bermain anak. Pemerolehan bahasa pada anak yang sangat
bergantung pada peranan orang tua dan lingkungan dalam pembentukan diri serta
pemerolehan bahasa.
B.
ANALISIS
BAHASA PADA USIA REMAJA DENGAN PENDEKATAN MIKRO DAN MAKRO LINGUISTIK
1.
Pendekatan Mikro linguistik
Pendekatan
mikro linguistik merupakan cabang linguistik yang membicarakan tentang cabang
bahasa dari internalnya seperti morfologi, fonologi, lesikon, sintaksis.
Pemerolehan bahasa pada penelitian ini akan dikaji berdasarkan pendekatan mikro
linguistik.
a) SEMANTIK
Menurut
Lyons dalam Sarwiji (2008 : 9) semantik pada umumnya diartikan sebagai suatu
studi tentang makna (semantics is generally defined as the study of meaning).
Mulyono dalam Sarwiji (2008 : 9) menjelaskan semantik adalah cabang linguistic
yang bertugas menelaah makna kata, bagaimana pula bukanya, bagaimana
perkembangannya, dan apa saja sebab terjadinya perubahan makna dalam sejarah
bahasa.
Semantik
disepakati sebagai istilah untuk bidang ilmu bahasa yang membahas atau
mempelajari tentang makna atau arti, yang merupakan salah satu tataran analisis
bahasa, yaitu fonologi, gramatika atau tata bahasa, dan semantik.
Menurut
Pateda dalam Sarwiji (2008 : 43) penjelasan makna dapat dilihat dari tiga segi,
yaitu kata, kalimat, dan apa yang dibutuhkan pembicara untuk berbicara.
Kridalaksana menjelaskan pengertian makna sebagai berikut:
1) Maksud Pembicara;
2) Pengaruh satuan bahasa dalam
pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3) Hubungan, dalam arti kesepadanan
atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran
dan semua hal yang ditunjukannya;
4) Cara menggunakan bahasa.
b) SINTAKSIS
Sebagai sebuah subsistem bahasa,
sintaksis mempersoalkan hubungan antara kata dan satuan-satuan yang lebih
besar, membentuk suatu konstruksi yang disebut kalimat, hubungan antara
satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tata urutan tingkatan.
Kalimat adalah satuan adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh.
Sintaksis memiliki struktur, satuan
dan pola-pola tertentu yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
1) Struktur Kalimat
Struktur kalimat dalam sintaksis
terdiri dari bentuk, kategori, fungsi, dan peran tidak ada hubungan satu lawan
satu. Bentuk kalimat di dalam sintaksis terdiri atas kata, frasa atau
klausa. Suatu bentuk kata yang tergolong dalam kategori tertentu dapat
mempunyai fungsi sintaksis dan peran semantis yang berbeda dalam kalimat.
Sementara itu kategori juga dibedakan dari bentuk kata. Dengan kata lain,
fungsi merupakan suatu “tempat” dalam struktur kalimat dengan unsur pengisi
berupa bentuk (bahasa) yang tergolong dalam kategori tertentu dan mempunyai
peran semantis tertentu pula. Kategori sebuah kata, frasa, atau klausa dapat
berbentuk nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan sebagainya, sedangkan gugus
fungsi dapat diisi dengan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Peran sintaksis dapat berupa pelaku, perbuatan, sasaran, peruntung, dan waktu.
2) Satuan Sintaksis
Sintaksis
sebagai subsistem bahasa mencakup kata dan satuan-satuan yang lebih besar serta
hubungan-hubungan diantaranya. Pada umumnya pembicaraan yang lebih mendalam
dalam studi sintaksis selain alat-alat sintaksis adalah satuan sintaksis. Kata
merupakan satuan terkecil dalam satuan sintaksis. Satuan yang lebih besar
adalah frasa, klausa, dan kalimat. Dalam tataran gramatikal kata adalah satuan
terkecil dalam kalimat. Kata memiliki potensi untuk berdiri sendiri dan dapat
berpindah dalam kalimat.
Frasa
adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
berciri klausa. Seperti halnya dengan kata, frasa memiliki potensi untuk
berdiri sendiri menjadi kalimat. Klausa adalah satuan gramatikal yang disusun
oleh kata atau frasa, dan yang memiliki satu predikat. Pada umumnya klausa
merupakan unsur pembentuk (konstituen) kalimat. Dalam satu klausa hanya
terdapat satu predikat dan dalam klausa terdapat bagian inti dan bukan
inti. Klausa juga dapat diperluas, dan perluasan itu dengan menambahkan keterangan
waktu, tempat, cara, dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa satuan
kalimat dalam sintaksis terdiri atas kata, frasa, dan klausa.
2.
Pendekatan Makro linguistik
Pendekatan makro linguistik
merupakan cabang linguistik yang membicarakan tentang cabang bahasa dari
eksternalnya seperti sosiolinguistik, psikolinguistik. Pemerolehan bahasa pada
penelitian ini akan dikaji berdasarkan pendekatan makro linguistik.
a. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik
merupakan cabang makro linguistik yang ruang lingkupnya mengkaji bahasa dengan
masyarakat, khususnya penutur bahasa. Sosiolinguistik dalam konsepnya
mempertimbangkan keterkaitan dua hal, yakni dengan linguistik untuk segi
kebahasaanya dan dengan sosiologi untuk segi kemasyarakatannya (Kunjana: 2001:
13). Berdasarkan pengertiannya, penelitian ini lebih mengkaji masalah bahasa
dengan sosiologi untuk kemasyarakatan.
b. Psikolinguistik
Psikolinguistik merupakan cabang
makro linguistik yang ruang lingkupnya membahas tentang bahasa yang ditinjau
dari segi psikologi. Istilah psikolinguistik
lahir sebagai ilmu antardisiplin antara psikologi dan linguistik. Menurut
Slobin, Meller, dan Slama, psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses
psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang
didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu
diperoleh sebagai manusia (Abdul Chaer, 2003: 5).
Maka secara teoretis tujuan psikolinguistik
adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan
secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.
ANALISIS OBSERVASI
Data
Narasumber
Nama :
Erland Kalingga Satya
Usia :
18 bulan
Orang tua : Ervin
Agustiawan
Rini Setyaningsih
Alamat : Sepanjang, TawangMangu, Karanganyar
Data Pemerolehan Bahasa
No.
|
Kata
|
Frasa
|
Klausa
|
Kalimat
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
|
Ai = Hai atau Halo
Apa
Num
Allah
Ndong = Gendong
Aja
Amuh =
Kamu
Abu = Ibu
Mbah = Nenek
Wedi = Takut
Bu = Ibu
|
-
|
-
|
-
|
Analisis Pembahasan Pemerolehan
Bahasa :
1. Kata
“Ai”
-
Semantik : kata “Ai” yang dimaksudkan anak ini adalah pengucapan kata “Hai atau halo” saat mengangkat telepon.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Ai” tersebut masih salah, seharusnya
menggunakan kata “Hai atau halo” saat mengangkat telepon.
2. Kata
“Apa”
-
Semantik : kata “Apa” yang dimaksudkan anak ini adalah bertanya dengan kata tanya “Apa”.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Apa” tersebut sudah
tepat, tetapi anak masih belum mengerti apa yang akan dia katakan.
3. Kata
“Num”
-
Semantik : kata “Num” yang dimaksudkan anak ini adalah meminta minum.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Num” tersebut masih
salah, seharusnya anak mengucapkan kata “minum” saat meminta minum.
4. Kata
“Allah”
-
Semantik : kata “Allah” yang dimaksudkan anak ini adalah Tuhan, walaupun dia belum
tahu makna kata “Tuhan” itu sendiri.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Allah” tersebut sudah
tepat.
5. Kata
“Ndong”
-
Semantik : kata “Ndong” yang dimaksudkan anak ini adalah meminta untuk digendong.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Ndong” tersebut kurang
tepat, seharusnya menggunakan kata “gendong”
6. Kata
“Aja”
-
Semantik : kata “Aja” dalam konteks bahasa jawa yang dimaksudkan anak ini adalah melarang.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Aja” dalam konteks bahasa jawa tersebut sudah
tepat, tetapi bila diubah menjadi kata dalam konteks bahasa Indonesia adalah
kata “jangan”.
7. Kata
“Amuh”
-
Semantik : kata “Amuh” yang dimaksudkan anak ini adalah menunjuk pada seseorang
dihadapannya.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Amuh” tersebut kurang
tepat, seharusnya anak mengucapkan kata “Kamu”.
8. Kata
“Abu”
-
Semantik : kata “Abu” yang dimaksudkan anak ini adalah memanggil ibu.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Abu” tersebut kurang tepat,
seharusnya anak mengucapkan kata “Ibu”.
9. Kata
“Mbah”
-
Semantik : kata “Mbah” dalam konteks bahasa jawa
yang dimaksudkan anak ini adalah memanggil neneknya.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Mbah” dalam konteks bahasa jawa tersebut sudah tepat, tetapi bila diubah menjadi
kata dalam konteks bahasa Indonesia adalah kata “Nenek”.
10. Kata
“Wedi”
-
Semantik : kata “Wedi” dalam konteks bahasa jawa
yang dimaksudkan anak ini adalah dalam keadaan takut.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Wedi” dalam konteks bahasa jawa tersebut sudah tepat, tetapi bila diubah menjadi
kata dalam konteks bahasa Indonesia adalah kata “Takut”.
11. Kata
“Bu”
-
Semantik : kata “Bu” yang dimaksudkan anak ini adalah memanggil ibu.
-
Sintaksis: Pengucapan kata “Abu” tersebut kurang
tepat, seharusnya anak mengucapkan kata “Ibu”.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Bahasa
ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak awal hidupnya melalui
interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan
masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan bahasa pertama merupakan suatu
proses awal yang diperoleh anak dalam mengenal bunyi dan lambang yang disebut
bahasa
Orang
tua dan lingkungan sosial mempunyai andil besar terhadap pemerolehan bahasa
yang akan dipelajarinya di lembaga formal. Pemerolehan bahasa pertama anak
adalah bahasa daerah karena bahasa itulah yang diperolehnya pertama kali.
Perolehan bahasa pertama terjadi apabila seorang anak yang semula tanpa bahasa
kini ia memperoleh bahasa. Bahasa daerah merupakan bahasa pertama yang dikenal
anak sebagai bahasa pengantar dalam keluarga atau sering disebut sebagai bahasa
ibu. Bahasa ibu yang digunakan setiap saat sering kali terbawa ke situasi
formal atau resmi yang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Tuturan 1 kata pada
saat anak berusia antara 1 tahun sampai 18 bulan dengan mulai mengucapkan
rata-rata 15 kata yaitu menyebut nama orang, binatang, atau benda-benda,
misalnya bapak, ibu, kucing, boneka.
Berdasarkan
hasil analisis pemerolehan bahasa pada anak usia 18 bulan di atas, terdapat
kesalahan pada tataran semantik dan pada tataran sintaksis. Pengamatan saya
tentang pemerolehan bahasa pada Erland yaitu terdapat penggunaan bahasa jawa
dalam percakapannya karena dilihat dari konteks tempat tinggalnya yang
masyarakatnya adalah suku jawa, walaupun demikian Erland dalam rekaman yang
saya peroleh Erland juga menggunakan bahasa Indonesia saat berkomunikasi.
Ditinjau dari faktor diri, Erland
kurang memiliki kemauan yang kuat dalam berkomunikasi, selain karena usianya
baru menginjak 18 bulan, hal tersebut juga dikarenakan Erland termasuk anak yang hyperaktif sehingga kemampuan dalam berkomunikasinya tidak
maksimal, dia hanya mengucapkan kata-kata seperlunya. Ditinjau dari faktor
lingkungan keluarga, pemerolehan
bahasa Erland masih cukup baik karena keluarga selalu melatih Erland untuk
berbicara dengan baik.
B. SARAN
Orang tua dan keluarga sebagai orang
terdekat dengan Erland sebaiknya terus melatihnya untuk berbicara dengan baik,
baik dalam konteks bahasa Jawa maupun dalam konteks bahasa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Dardjowidjojo,
Soenjono. 2000. ECHA, Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta.Grasindo.
Suwandi, Sarwiji. 2008.
Semantik : Pengantar Kajian Makna.
Yogyakarta: Gunung Sempu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar