Naskah drama berjudul Ayahku Pulang ini, berkisah tentang
seorang ayah yang bernama Raden Saleh tega meninggalkan istri dan anak-anaknya
yang masih kecil demi mengejar harta. Saat Raden Saleh pergi, keadaan rumah pun
masih miskin. Anak pertamanya bernama Gunarto, saat itu masih berumur 8 tahun,
anak keduanya bernama Maimun yang saat itu juga masih balita, sedangkan anak
ketiganya, Mintarsih saat itu masih dalam kandungan sang ibu. Sang ayah pergi
merantau untuk bekerja di Singapura. Setelah sukses di sana, kemudian ia
menikah dengan seorang janda yang kaya.
Suatu saat api membakar
habis tokonya, ia menanggung kerugian besar. Investasi yang ia lakukan pun
gagal, akhirnya ia pun terlunta-lunta. Kini usianya telah tua dan ia memilih
untuk kembali ke keluarganya yang lama.
Dua puluh tahun sudah berlalu, Gunarto kini sudah dewasa dan menjadi tulang punggung keluarganya. Gunarto bekerja di pabrik tenun, wataknya keras karena beratnya perjuangan hidup yang harus ia lalui tanpa kasih sayang dan didikan seorang ayah. Maimun juga sudah memiliki pekerjaan, sedangkan Mintarsih bekerja dengan menerima jahitan.
Dua puluh tahun sudah berlalu, Gunarto kini sudah dewasa dan menjadi tulang punggung keluarganya. Gunarto bekerja di pabrik tenun, wataknya keras karena beratnya perjuangan hidup yang harus ia lalui tanpa kasih sayang dan didikan seorang ayah. Maimun juga sudah memiliki pekerjaan, sedangkan Mintarsih bekerja dengan menerima jahitan.
Saat itu keluarganya
sangat bahagia tanpa seorang ayah yang menemani kehidupan mereka. Pada malam hari Raya Idul Fitri,
saat Gunarto pulang kerja. Gunarto menemukan ibunya yang sedang melamun,
teringat kejadian dua puluh tahun yang lalu, di malam yang sama sang ayah telah
meninggalkan mereka. Kenangan itu membuat luka lama di hati Gunarto kembali
terbuka. Ia memilih tidak membicarakan hal itu dan mencoba mengalihkan
pembicaraan. Maimun kemudian pulang dan membawa kabar bahwa tetangga mereka
melihat seorang laki-laki tua yang mirip dengan ayah mereka. Tak lama kemudian,
Mintarsih pun pulang dan juga berkata bahwa ia melihat ada seorang lelaki tua
di seberang jalan yang sedang melihat kearah rumah mereka.
Beberapa saat kemudian,
seorang laki-laki tua menghampiri rumah mereka. Ibu langsung mengenali orang
tua itu sebagai suaminya yang telah lama pergi meninggalkan mereka. Maimun dan
Mintarsih yang tidak mengerti permasalahan yang dulu pernah terjadi, langsung
saja menerima orang itu sebagai ayah mereka. Lain halnya dengan Gunarto yang
masih memiliki rasa dendam yang mendalam pada ayahnya, ia tidak sudi
menerimanya kembali di rumah mereka.
Ibu menyuruh laki-laki tua
itu untuk masuk ke dalam rumah dan menyuruh Maimun mengambilkan minuman. Ayah
pun melihat Gunarto yang kini sudah dewasa. Lalu ayahnya meceritakan kehidupannya
sewaktu di Singapura, dia mempunyai istri, tetapi kemudian tokonya terbakar
habis dan sekarang kehidupannya menjadi
terlunta-lunta. Gunarto pun marah, sifat angkuhnya yang menurun dari sang ayah
pun muncul dan ia mencaci-maki ayahnya. Mengingatkan ayah, ibu dan adik-adiknya
tentang kesalahan yang telah diperbuat ayahnya di masa lalu, serta mengingatkan
perjuangannya sebagai tulang punggung keluarga. Sang ayah menyesal dan akhirnya
memilih untuk pergi karena tidak ingin mengganggu kedamaian keluarganya.
Ibu hanya bisa menangis
menahan kepedihan dan penderitaan yang dialaminya lagi, ditinggalkan suaminya
di saat malam hari raya Idul Fitri. Maimun dan Mintarsih menyesalkan perilaku Gunarto yang
tidak mau menerima kembali ayah mereka, karena bagaimanapun juga mereka tetap
darah dagingnya. Maimun akhirnya bertekad untuk menentang kakaknya dan pergi untuk
memanggil ayahnya kembali pulang. Tetapi Maimun hanya menemukan baju dan peci
ayahnya saja di pinggir jembatan. Ternyata sang ayah bunuh diri dengan melompat
dari atas jembatan ke dalam sungai.
Akhirnya Maimun membawa
topi dan baju sang ayah ke rumah. Saat itulah Gunarto terkejut dan sangat
menyesali perlakuannya terhadap sang ayah. Gunarto pun pergi berlari untuk
mengejar ayahnya ke jembatan,
Gunarto mencari ayahnya dan memanggil-manggil nama ayahnya. Usaha Gunarto pun tidak membuahkan hasil, kini yang tersisa hanyalah penyesalan yang mendalam di hati Gunarto.
Gunarto mencari ayahnya dan memanggil-manggil nama ayahnya. Usaha Gunarto pun tidak membuahkan hasil, kini yang tersisa hanyalah penyesalan yang mendalam di hati Gunarto.