A.
Hakikat
Bahasa
Banyak orang yang mendefinisikan bahasa
sebagai suatu system simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu
masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya,
berdasarkan pada budaya yang mereka miliki bersama. (Soenjono, 2003: 16)
Berikut ini ada beberapa pendapat dari
para ahli untuk mengungkapkan apa itu bahasa, antara lain:
- Menurut Sapir (1921) dalam A. Chaedar Alwasilah (1990) dalam....... bahwa bahasa adalah “A purely human and non-instinctive method of communicating ideas, emotions, and desires, by means of a system of voluntarily produced symbols.”
Dalam
batasan tersebut ada lima butir terpenting yaitu bahwa bahasa itu:
a.
Manusiawi
Manusiawi
karena hanya manusialah yang memiliki sistem simbol untuk berkomunikasi.
Binatang pun dapat berkomunikasi, dan mempunyai sistem bunyi, tetapi sistem itu
bukanlah kata-kata. Dengan demikian mereka tidak memiliki bahasa. Manusia telah
berbahasa sejak dini sejarahnya, dan perkembangan bahasanya inilah yang
membedakan manusia dari makhluk lain; hingga membuat dirinya mampu berpikir.
b.
Dipelajari
Dipelajari,
karena manusia ketika lahir tidak langsung mampu berbicara. Seiring dengan
perkembangan anak, anak akan mempelajari bahasa dengan memperhatikan orang lain
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
c.
Sistem
Bahasa
memiliki seperangkat aturan yang dikenal para penuturnya. Perangkat inilah yang
menentukan struktur apa yang diucapkannya. Struktur ini disebut grammar.
Aturan ini dibuat dan diubah oleh orang-orang yang menggunakannya. Aturan ini
ada karena para penuturnya menggunakan bahasa dalam cara tertentu dan tidak
dalam cara lain. Dan karena ada kesepakatan umum tentang aturan ini maka orang
menggunakan bahasa dalam cara tertentu yang memiliki arti. Dikarenakan ada
kesepakatan inilah maka kita bisa mempelajari dan mangajarkan bahasa apa saja.
d.
Arbitrer
Bahasa
mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dalam cara tertentu pula adalah secara
kebetulan saja. Orang-orang melambangkan satu kata saja untuk melambangkan
satu benda, misalnya kata kuda ditujukan hanyalah untuk binatang berkaki
empat tertentu karena orang lain berbuat demikian. Demikian pula kalimat
berbeda dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Dalam bahasa Latin kata kerja
cenderung menempati posisi akhir, dalam bahasa Perancis kata sifat diletakkan
setelah kata benda seperti halnya bahasa Indonesia. Ini adalah semua karena
kebetulan saja.
e.
Simbolik
Bahasa
terdiri atas rentetan simbol arbitrer yang memiliki arti. Kita bisa menggunakan
simbol-simbol ini untuk berkomunikasi sesama manusia karena manusia sama-sama
memiliki perasaan, gagasan, dan keinginan. Dengan demikian kita menerjemahkan
orang lain atas acuan pada pengalaman diri sendiri. Kalau kita mengerti ujaran
orang yang berkata, “Saya lapar”, ini karena kita pun biasa mengalami peristiwa
lapar itu. Sistem bahasa apapun memungkinkan kita membicarakan sesuatu walau
tidak ada di lingkungan kita. Kita pun bisa membicarakan sesuatu peristiwa yang
sudah terjadi atau yang akan terjadi. Ini dimungkinkan karena bahasa memiliki
daya simbolik, untuk membicarakan konsep apapun juga. Ini pulalah yang
memungkinkan manusia memiliki daya penalaran (reasoning).
- Harimurti Kridalaksana (1983)
Bahasa
adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
diri.
Dari
definisi tersebut dapat diuraikan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari
bahasa, antara lain: (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu
berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat
arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7)
bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu
bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat
dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan (13)
bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
- Stephen Ullmam (1977) Semantics An Introduction to the Science of Meaning
(1) Language
is a vehicle of communication. Language is code.
(2) Language
exists in a potential state.
(3) Language
is a social institution
(4) Language
is fixed.
(5) Language
is slow moving.
(6) Language
is purely psychological.
- Bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrar yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau berinteraksi (Finocchiaro, 1964 : 8).
- Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Kentjono, 1982: 2).
- Bahasa adalah sistem bunyi dan urutan bunyi vokal yang terstruktur yang digunakan, atau dapat digunakan, dalam komunikasi interpersonal oleh sekelompok manusia dan secara lengkap digunakan untuk sesuatu, peristiwa, dan proses yang terdapat di sekitar manusia (carrol, 1961 :10)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrer
yang dipergunakan oleh sekelompok masyarakat sebagai alat untuk berkomunikasi,
bekerja sama dan mengidentifikasikan diri.
Berdasarkan pengertian bahasa di atas,
dapat diketahui tentang karakteristik bahasa, antara lain oral, sistematis,
arbitrer, konvensional, unik dan universal, beragam, berkembang, produktif,
fenomena sosial, dan bersifat insani.
- Oral
Ciri
bahwa bahasa adalah bunyi adalah wajar mengingat kenyataan bahwa pengalaman
berbahasa yang paling umum pada manusia adalah berbicara dan menyimak.
Kehadiran bunyi bahasa lebih dulu daripada kehadiran tulisan. Sehubungan dengan
itu, Bloomfield (1979) menyatakan bahwa bahasa pada hakikatnya adalah lisan
(oral).
- Sistematis
Bahasa
memiliki sifat sistematis yang berarti bahwa dalam bahasa itu terdapat aturan
atau kaidah. Beroperasinya bahasa selalu terikat pada aturan-aturan atau
kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Karena itu pula dapat dikatakan bahwa bahasa
itu teratur.
- Arbitrer dan simbolis
Ciri
arbitrer ini tampak pada hubungan antara lambang dan yang dilambangi dalam
pengertian bahwa tidak ada hubunga langsung antara lambang dan yang dilambangi.
Sifat arbitrer itu hanya berlaku dalam masyarakat bahasa dalam bentuk
kesepakatan dan konvensi.
- Konvensional
Bahasa
dapat disebut konvensional, sebagai sifat hasil kesepakatan. Hal yang perlu
dipahami adalah kenyataan bahwa kesepakatan itu bukanlah formal yang dinyatakan
melalui musyawarah, sidang,
rapat atau kongres, atau rapat raksasa, untuk menentukan lambang tertentu.
- Unik dan universal
Setiap
bahasa memiliki ciri khasnya sendiri yang tidak terdapat dalam bahasa lain.
Dengan kata lain setiap bahasa memiliki ciri-ciri yang diskrit, yang memberikan
identitas diri sebagai bahasa yang berbeda dari yang lain.
- Beragam
Perwujudan
bahasa tidaklah monolitik, satu maujud yang menunjukkan keseragaman. Dengan
kata lain bahasa itu beragam.
- Berkembang
Karakter
ini berlaku pada bahasa yang masih hidup, seperti bahasa Indonesia, bahasa
Banjar, bahasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Madura, dan lain-lain.
- Produktif
Pemakai
bahasa dengan pola-pola dan lambang-lambang yang terbatas dapat mengkreasi
hal-hal baru (new world) melalui
bahasa. Kridalaksana (dalam Kentjono (ed.), 1982) mengartikan produktifitas itu
dari perbandingan unsur dan pemakainya. Dari unsur-unsur yang terbatas bahasa
dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya.
- Fenomena sosial
Bahasa
itu merupakan fenomena sosial. Bahasa itu sudah menyatu benar dengan orang yang
menggunakannya karena bahasa itu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik kebudayaan, maka setiap bahasa merefleksikan kebudayaan
masyarakat pemakainya.
- Bersifat insani
Bahasa
merupakan suatu aspek perilaku yang bisa dipelajari hanya oleh manusia. Bahasa
menumbuhkembangkan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan menempatkan
peradabannya jauh diatas berbagai bentuk kehidupan makhluk yang lebih rendah.
B.
Fungsi
Bahasa
Fungsi bahasa adalah
alasan-alasan mengapa seseorang berbicara. Fungsi bahasa pada umumnya
mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan. Ada dua macam fungsi bahasa,
yaitu :
·
Fungsi bahasa yang
bersifat intrapersonal (mathetik),
yaitu penggunaan bahasa untuk memecahkan persoalan (problem solving), mengambil keputusan (decision making), berpikir, mengingat, dan sebagainya.
·
Fungsi bahasa yang
bersifat interpersonal (progmatik),
yaitu yang menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan penutur (message). Biasanya diungkapkan dalam
bentuk kalimat perintah, kalimat tanya dan kalimat berita.
Fungsi bahasa yang paling utama
sejak seseorang belajar bahasa adalah untuk komunikasi. Komunikasi dengan
bahasa diadakan melalui dua macam aktivitas manusia yang mendasar, yaitu dengan
berbicara dan mendengarkan (Clark & Clark,1977).
Pada dasarnya, bahasa memiliki
fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi,
sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan
atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
- Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada
awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau
perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya,
seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan
kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di
sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan
diri maupun untuk berkomunikasi. Contohnya, seorang penulis mengekspresikan
dirinya melalui tulisannya.
Sebagai
contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku, merupakan hasil ekspresi
diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita.
Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah
tulisan itu dipahami orang lain atau tidak.
Pada
saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai
bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi
pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya
untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya,
yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
Sebagai
alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala
sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan
keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
-
agar
menarik perhatian orang lain terhadap kita,
-
keinginan
untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
- Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan
perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga.
Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan
mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada
saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki
tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan
gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain
yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh
lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini
pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita
menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak
sasaran kita.
Pada
saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena
itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya,
kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan
tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah
dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih
sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan
kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif
karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan
memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa
intelektualitas, atau nuansa tradisional.
- Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Anggota-anggota
masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa
sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa
dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan
semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan
untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi
(pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf,
1997 : 5).
Cara
berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula
sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada
lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan
bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan
bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang
nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang
tua atau orang yang kita hormati.
Pada
saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana
cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan
menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa
asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya
bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah
berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
- Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai
alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita
sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun
pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku
instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol
sosial.
Ceramah
agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol
sosial. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud
penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan
berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru,
sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk
menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh
fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan
adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang
sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan
marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur
menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.
C.
Proses
Bahasa dan Berbahasa
Proses bahasa adalah suatu
deskripsi tentang alat-alat, materi, dan prosedur yang ada dalam mental kita
yang dipergunakan manusia untuk memproduksi dan mengerti bahasa. Jadi,
berkaitan dengan persepsi manusia terhadap bahasa dan produksi bahasa. Yang
dimaksud persepsi bahasa adalah kemampuan manusia untuk menganalisa bunyi
ujaran dan mengidentifikasikannya sebagai suatu kata atau kalimat, serta
menangkap ide-ide yang terkandung dalam kalimat tersebut. Persepsi bahasa ini
tidak hanya persepsi auditif, artinya bagaimana kita menganalisa bunyi melalui
teling, tetapi juga menyangkut persepsi lainnya seperti fonetik, persepsi
kategorinal, adaptasi selektif, daya ingat auditif (auditary memory) dan lain-lain (Clark & Clark, 1977,halaman
175)
Mengenai proses mental yang
terjadi ketika kita berbicara atau ketika kita menangkap suatu pembicaraan,
merupakan suatu kejadian yang rumit. Kita akan bertanya bagaimana suatu kalimat
dimengerti fungsinya oleh pendengar sebagai suatu suruhan atau pemberitahuan
dan bagaimana kalimat sindiran dapat ditangkap maknanya. Dalam hal ini, peranan
berpikir dan fungsi-fungsi lainnya ikut berperan, bahkan mengambil peranan yang
sangat penting.
Proses
Berbahasa adalah Proses mental yang terjadi pada waktu kita
berbicara ataupun proses mental yang menjadi dasar pada waktu kita mendengar,
mengerti, dan mengingat dapat diterangkan dengan suatu sistem kognitif yang ada
pada manusia.
Manusia mempunyai suatu sistem
penggunaan bahasa dan psikologi bahasa mempelajari cara kerja dari sistem ini.
Sistem ini dapat menerangkan misalnya, bagaimana manusia dapat menyampaikan
pikiran dengan kata-kata (produksi bahasa) dan bagaimana manusia dapat mengerti
“isi pikiran” atau makna dari suatu kalimat yang diucapkan atau ditulis
(persepsi bahasa).
Menurut Moulton (1976) terdapat
11 tahapan proses bahasa dari pembicara sampai pada pendengar pada saat berkomunikasi, yaitu :
1.
Membuat kode semantis
2.
Membuat kode gramatikal
3.
Membuat kode fonologis
4.
Perintah otak
5.
Gerakan alat ucap
6.
Bunyi yang berupa
getaran
7.
Perubahan getaran
melalui telinga pendengar
8.
Getaran diteruskan ke
otak
9.
Pemecahan kode
fonologis
10. Pemecahan
kode gramatikal
11. Pemecahan
kode semantis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar