A.
Resume Jurnal Model Pembelajaran
Bahasa Indonesia Berwawasan Multikultural untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi
Siswa SMP
Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat multicultural yang di dalamnya berkembang banyak
kebudayaan (Watson, 200:1; Tilaar, 2004:29). Menyadari pentingnya
multikulturalisme, Indonesia membutuhkan manusia cerdas dan bermoral yang hanya
dapat diciptakan melalui proses pendidikan multikultural. Interaksi dan komunikasi
antarbudaya dapat terjalin dengan menggunakan bahasa, karena bahasa Indonesia
sebagai alat komunikasi dapat menyatukan keragaman dalam diri masyarakat. Upaya
tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yakni meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara lisan
maupun tulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia
Indonesia.
Penelitian ini
bertujuan mengujicobakan draf model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan
multikultural untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa SMP. Adapun tahap penelitian ini meliputi 1) Uji
coba I draf model pembelajaran di tiga sekolah, 2) Revisi draf, 3) Uji coba II
draf model pembelajaran di tiga sekolah, 4) Revisi draf, 5) model pembelajaran
bahasa Indonesia berwawasan multikultural untuk meningkatkan kecerdasan emosi
siswa SMP. Pendidikan multicultural di sekolah merupakan respon terhadap
perkembangan keragaman populasi sekolah dan menuntut persamaan hak bagi setiap
kelompok seluruh siswa tanpa membedakan gender, etnik, ras, budaya, strata
social, dan agama.
Menurut James
Banks dalam Muhaemin, pendidikan multikultural mempunyai lima dimensi yang
saling berkait, yaitu content
intregation, construction process, an equity paedagogy, prejudice reduction, dan
melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Desain
penelitian ini adalah research and
development dengan menggunakan metode Action
Research dalam mengujicobakan model seperti dikemukakan, yakni suatu bentuk
penelitian yang mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau
mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.
Desain model
pembelajaran multikultural yang terintegrasi dalam pelajaran bahasa Indonesia
terbagi dalam empat tahapan, yaitu tahap orientasi/apersepsi, tahap eksplorasi,
tahap penemuan konsep, dan tahap aplikasi. Skor rata-rata empat keterampilan
pada tahap uji coba I, menyimak adalah 67,16, keterampilan berbicara 73,
keterampilan membaca dan menulis 67,81 dan 63. Dengan demikian dapat dilihat
bahwa hasil pada uji coba I rata-rata tertinggi dicapai pada keterampilan
berbicara, kemudian keterampilan membaca, berikutnya keterampilan menyimak, dan
yang terakhir ketempilan menulis.
Berdasarkan
hasil uji coba I desain model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan
multikultural dilakukan perbaikan dan revisi pada tahap-tahap pembelajarannya,
yaitu tahap orientasi, tahap hipotesis, tahap penjelasan istilah, tahap
eksplorasi, tahap pembuktian, dan tahap generalisasi. Pada tahap uji coba II
menunjukkan perubahan hasil belajar siswa. Siswa lebih antusias dalam
pembelajaran dan lebih memahami adanya perbedaan budaya serta lebih dapat
mengendalikan emosi.
Hasil tes
keempat keterampilan juga mengalami peningkatan. Skor rata-rata uji coba II
pada keterampilan menyimak mencapai 82,16,
keterampilan berbicara 80,5, keterampilan membaca dan menulis 80,3 dan
66,84.
Model
pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural ini perlu
diimplementasikan di sekolah untuk meningkatkan kecerdasam emosi siswa di SMP
bersama-sama dengan guru lain, guru bahasa Indonesia juga bertanggungjawab
memperkenalkan, memahamkan, dan mengajak siswa menghormati perbedaan etnis,
agama, status sosial, dan ekonomi dalam maasyarakat multikultural seperti
Indonesia.
B.
Analisis
Jurnal Model Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berwawasan Multikultural untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa SMP
Jurnal ini
membahas hasil penelitian yang bertujuan untuk mengujicobakan draf model
pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural untuk meningkatkan
kecerdasan emosi siswa SMP. Penelitian ini sangat baik untuk menambah berbagai
model pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga bagi guru bahasa Indonesia yang
membaca penelitian ini diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran bahasa
Indonesia berwawasan multikultural di sekolahnya terutama SMP untuk
meningkatkan kecerdasan emosi siswanya.
Dalam jurnal ini berisi banyak kajian teori,
namun dalam pembahasan kegiatan pembelajarannya tidak menjelaskan simulasi
pembelajaran di kelas, sehingga bagi guru bahasa Indonesia yang akan
mengaplikasikan model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural
tidak mengerti simulasi pembelajaran yang diterapkan Ida Zulaeha dan Fatur Rokhman di kelas.
Dalam pembahasan
halaman 102 dituliskan “Tahap uji coba II menunjukkan perubahan hasil belajar
siswa. Siswa lebih antusias dalam pembelajaran dan lebih memahami adanya
perbedaan budaya serta lebih dapat mengendalikan emosi”, namun dalam pembahasan
tersebut tidak dijelaskan bentuk dan bukti siswa yang lebih memahami adanya
perbedaan budaya serta lebih dapat mengendalikan emosi. Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan
daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi.
Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui,
menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat,
menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
saya contoh siswa yang lebih memahami adanya perbedaan budaya, seperti siswa
dapat menghargai adanya perbedaan gender, etnik, ras, budaya, strata sosial,
dan agama. Contoh siswa yang lebih dapat mengendalikan emosi, yaitu siswa dapat saling menghormati
teman yang berbeda gender, etnik, ras, budaya, strata sosial, dan agama dalam
arti tidak menghina ataupun melecehkan.
Penjelasan
metode penelitian yang digunakan sudah baik, pemilihan subyek penelitian yang
digunakan adalah purposive. Purposive adalah cara pengambilan sampel dalam
suatu penelitian berdasarkan pertimbangan atau
tujuan tertentu, tetapi dalam penelitian ini tidak disampaikan
pertimbangan untuk memilih subyek penelitian.
Jurnal ini juga hanya
menunjukkan hasil data kuantitatif yang diperoleh melalui tes kepada siswa,
sedangkan tidak ada penjelasan data kualitatif dalam pelaksanaannya, berbeda
dengan perencanaan awal untuk mengadakan instrument tes untuk data kuantitatif
dan instrument non tes untuk data kualitaif, sehingga pembaca tidak mengetahui
hasil data kualitatif dengan mengaplikasikan model pembelajaran bahasa
Indonesia berwawasan multikultural. Grafik yang dituliskan pada halaman 109,
gambar I Hasil ujicoba I dan II Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak jelas
maksudnya untuk keterangan jumlahnya, skala 0-100 tidak diberi penjelasan
jumlah siswa atau nilai yang diraih, walaupun logika dari skala 0-100 pada
hasil penelitian ini adalah nilai, tetapi perbandingan keterangan yang
dijelaskan setelah penyajian grafik tersebut adalah jumlah siswa. Sehingga pembacaan
grafik pada hasil penelitian ini dapat membuat pembaca bingung.
Penjelasan pendekatan yang digunakan sudah baik,
yaitu menggunakan pendekatan eksponensial. Struktur penulisan dalam jurnal ini
juga sistematik, penulis memaparkan abstract, kajian teori, hasil dan pembahasan,
simpulan dan saran, serta daftar pustaka, tetapi tidak terdapat catatan kaki
seperti pada penelitian lainnya yang menginformasikan identitas penulis dan
tujuan ditulisnya penelitian ini.
Analisis bahasa dalam jurnal ini,
bahasa yang digunakan dalam jurnal ini cukup komunikatif sehingga mudah
dipahami oleh pembaca. Struktur penulisan dalam jurnal ini menggunakan dua
kolom, sehingga mudah dibaca oleh pembaca. Dalam jurnal ini juga terdapat
beberapa kesalahan penulisan, seperti pada kata “meenjawab" seharusnya “menjawab” (halaman 104), “lingkunagn” seharusnya “lingkungan” dan
“mengintre-gasikan” seharusnya “mengintegrasikan” (halaman 105), “penga-jaran” seharusnya “pengajaran” (halaman 106), “me-narasikan” seharusnya
“menarasikan”, “hipote-sis”
seharusnya “hipotesis”, dan “verkaitan”
seharusnya “berkaitan” (halaman 107), “mengung-kapkan”
seharusnya “mengungkapkan” (halaman 108), “ren-tang”
seharusnya “rantang” (halaman 109), “de-ngan”
seharusnya “dengan” dan “pengem-bangan”
seharusnya “pengembangan” (halaman 110).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar