Pages - Menu

Suci Wulandari

Suci Wulandari
Suci Wulandari

Selasa, 24 April 2012

ANALISIS JURNAL MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERWAWASAN MULTIKULTURAL UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI SISWA SMP KARYA IDA ZULAEHA DAN FATUR ROKHMAN


A.    Resume Jurnal Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berwawasan Multikultural untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa SMP
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat multicultural yang di dalamnya berkembang banyak kebudayaan (Watson, 200:1; Tilaar, 2004:29). Menyadari pentingnya multikulturalisme, Indonesia membutuhkan manusia cerdas dan bermoral yang hanya dapat diciptakan melalui proses pendidikan multikultural. Interaksi dan komunikasi antarbudaya dapat terjalin dengan menggunakan bahasa, karena bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dapat menyatukan keragaman dalam diri masyarakat. Upaya tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yakni meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia.
Penelitian ini bertujuan mengujicobakan draf model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa SMP.  Adapun tahap penelitian ini meliputi 1) Uji coba I draf model pembelajaran di tiga sekolah, 2) Revisi draf, 3) Uji coba II draf model pembelajaran di tiga sekolah, 4) Revisi draf, 5) model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa SMP. Pendidikan multicultural di sekolah merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah dan menuntut persamaan hak bagi setiap kelompok seluruh siswa tanpa membedakan gender, etnik, ras, budaya, strata social, dan agama.
Menurut James Banks dalam Muhaemin, pendidikan multikultural mempunyai lima dimensi yang saling berkait, yaitu content intregation, construction process, an equity paedagogy, prejudice reduction, dan melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Desain penelitian ini adalah research and development dengan menggunakan metode Action Research dalam mengujicobakan model seperti dikemukakan, yakni suatu bentuk penelitian yang mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.
Desain model pembelajaran multikultural yang terintegrasi dalam pelajaran bahasa Indonesia terbagi dalam empat tahapan, yaitu tahap orientasi/apersepsi, tahap eksplorasi, tahap penemuan konsep, dan tahap aplikasi. Skor rata-rata empat keterampilan pada tahap uji coba I, menyimak adalah 67,16, keterampilan berbicara 73, keterampilan membaca dan menulis 67,81 dan 63. Dengan demikian dapat dilihat bahwa hasil pada uji coba I rata-rata tertinggi dicapai pada keterampilan berbicara, kemudian keterampilan membaca, berikutnya keterampilan menyimak, dan yang terakhir ketempilan menulis.
Berdasarkan hasil uji coba I desain model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural dilakukan perbaikan dan revisi pada tahap-tahap pembelajarannya, yaitu tahap orientasi, tahap hipotesis, tahap penjelasan istilah, tahap eksplorasi, tahap pembuktian, dan tahap generalisasi. Pada tahap uji coba II menunjukkan perubahan hasil belajar siswa. Siswa lebih antusias dalam pembelajaran dan lebih memahami adanya perbedaan budaya serta lebih dapat mengendalikan  emosi.
Hasil tes keempat keterampilan juga mengalami peningkatan. Skor rata-rata uji coba II pada keterampilan menyimak mencapai 82,16,  keterampilan berbicara 80,5, keterampilan membaca dan menulis 80,3 dan 66,84.
Model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural ini perlu diimplementasikan di sekolah untuk meningkatkan kecerdasam emosi siswa di SMP bersama-sama dengan guru lain, guru bahasa Indonesia juga bertanggungjawab memperkenalkan, memahamkan, dan mengajak siswa menghormati perbedaan etnis, agama, status sosial, dan ekonomi dalam maasyarakat multikultural seperti Indonesia.

B.     Analisis Jurnal  Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Berwawasan Multikultural untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa SMP
Jurnal ini membahas hasil penelitian yang bertujuan untuk mengujicobakan draf model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa SMP. Penelitian ini sangat baik untuk menambah berbagai model pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga bagi guru bahasa Indonesia yang membaca penelitian ini diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural di sekolahnya terutama SMP untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswanya.  
 Dalam jurnal ini berisi banyak kajian teori, namun dalam pembahasan kegiatan pembelajarannya tidak menjelaskan simulasi pembelajaran di kelas, sehingga bagi guru bahasa Indonesia yang akan mengaplikasikan model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural tidak mengerti simulasi pembelajaran yang diterapkan Ida Zulaeha dan Fatur Rokhman di kelas.
Dalam pembahasan halaman 102 dituliskan “Tahap uji coba II menunjukkan perubahan hasil belajar siswa. Siswa lebih antusias dalam pembelajaran dan lebih memahami adanya perbedaan budaya serta lebih dapat mengendalikan emosi”, namun dalam pembahasan tersebut tidak dijelaskan bentuk dan bukti siswa yang lebih memahami adanya perbedaan budaya serta lebih dapat mengendalikan  emosi. Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut saya contoh siswa yang lebih memahami adanya perbedaan budaya, seperti siswa dapat menghargai adanya perbedaan gender, etnik, ras, budaya, strata sosial, dan agama. Contoh siswa yang lebih dapat mengendalikan  emosi, yaitu siswa dapat saling menghormati teman yang berbeda gender, etnik, ras, budaya, strata sosial, dan agama dalam arti tidak menghina ataupun melecehkan.
Penjelasan metode penelitian yang digunakan sudah baik, pemilihan subyek penelitian yang digunakan adalah purposive. Purposive adalah cara pengambilan sampel dalam suatu penelitian berdasarkan pertimbangan atau  tujuan tertentu, tetapi dalam penelitian ini tidak disampaikan pertimbangan untuk memilih subyek penelitian.
Jurnal ini juga hanya menunjukkan hasil data kuantitatif yang diperoleh melalui tes kepada siswa, sedangkan tidak ada penjelasan data kualitatif dalam pelaksanaannya, berbeda dengan perencanaan awal untuk mengadakan instrument tes untuk data kuantitatif dan instrument non tes untuk data kualitaif, sehingga pembaca tidak mengetahui hasil data kualitatif dengan mengaplikasikan model pembelajaran bahasa Indonesia berwawasan multikultural. Grafik yang dituliskan pada halaman 109, gambar I Hasil ujicoba I dan II Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak jelas maksudnya untuk keterangan jumlahnya, skala 0-100 tidak diberi penjelasan jumlah siswa atau nilai yang diraih, walaupun logika dari skala 0-100 pada hasil penelitian ini adalah nilai, tetapi perbandingan keterangan yang dijelaskan setelah penyajian grafik tersebut adalah jumlah siswa. Sehingga pembacaan grafik pada hasil penelitian ini dapat membuat pembaca bingung.
Penjelasan pendekatan yang digunakan sudah baik, yaitu menggunakan pendekatan eksponensial. Struktur penulisan dalam jurnal ini juga sistematik, penulis memaparkan abstract, kajian teori, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka, tetapi tidak terdapat catatan kaki seperti pada penelitian lainnya yang menginformasikan identitas penulis dan tujuan ditulisnya penelitian ini.
Analisis bahasa dalam jurnal ini, bahasa yang digunakan dalam jurnal ini cukup komunikatif sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Struktur penulisan dalam jurnal ini menggunakan dua kolom, sehingga mudah dibaca oleh pembaca. Dalam jurnal ini juga terdapat beberapa kesalahan penulisan, seperti pada kata “meenjawab" seharusnya “menjawab” (halaman 104), “lingkunagn” seharusnya “lingkungan” dan “mengintre-gasikan” seharusnya “mengintegrasikan” (halaman 105), “penga-jaran” seharusnya “pengajaran” (halaman 106), “me-narasikan” seharusnya “menarasikan”, “hipote-sis” seharusnya “hipotesis”, dan “verkaitan” seharusnya “berkaitan” (halaman 107), “mengung-kapkan” seharusnya “mengungkapkan” (halaman 108), “ren-tang” seharusnya “rantang” (halaman 109), “de-ngan” seharusnya “dengan” dan “pengem-bangan” seharusnya “pengembangan” (halaman 110).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar