Pages - Menu

Suci Wulandari

Suci Wulandari
Suci Wulandari

Rabu, 22 Mei 2013

Nilai Pendidikan dalam Naskah Drama Berjudul NYONYA-NYONYA Karya Wisran Hadi


1.      Nilai Keagamaan
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas kehendak Tuhan YME, manusia tidak boleh meramalkan apa yang akan terjadi. Hal tersebut terbukti dari cuplikan dialog berikut :
“Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walau pun televisi setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya di sini, mereka meramal tanpa memperhitungkan kondisi-kondisi lain. Akibatnya, yang jadi korban selalu saja orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi tak ada yang lewat, dan malam tiba-tiba saja turun!”

2.      Nilai Kultural
Nilai budaya yang muncul ketika tokoh Tuan dan Nyonya berdialog, menunjukkan bahwa dengan adanya perbedaan golongan. Ketika awal babak, dijelaskan melalui dialog yang diungkapkan oleh Tuan dan Nyonya. Terbukti dari cuplikan dialog berikut :
Tuan    : “Benar juga firasat saya. Di mana  pun juga di atas dunia ini, rumah mewah selalu tidak ramah pada tamu!”

Nyonya           : “Tuan jangan bicara macam-macam di sini. Rumahku yang mewah ini dibuat bukan untuk kepentingan ramah tamah, tapi untuk kesenanganku dengan suamiku! Ah, ekornya Tuan. Ekornya, kritik Tuan itu sangat menggelisahkan pemilik rumah mewah lainnya. Pergilah, Tuan! Pergi. aku benci dengan orang-orang yang suka mengkritik, apalagi hanya unuk melindungi kepentingannya sendiri.”

Berdasarkan dialog di atas, bisa diambil simpulan bahwa budaya orang kaya menunjukkan karakter yang sangat tertutup, selain itu juga menunjukkan kesombongan dan rasa keegoisan. Hal ini bisa dibandingakn antara  dialog naskah tersebut dengan kehidupan nyata saat ini. Dalam sastra seperti naskah drama, bisa saja hal itu berkaitan langsung dengan kehidupan nyata. Atau mungkin bahwa maksud pengarang salah satunya yaitu menjelaskan atau mengritik orang-orang kawasan perumahan elit.

Hal ini bisa dibuktikan. Pada masa sekarang terjadi perubahan kontrol tingkahlaku moral: dari luar menjadi dari dalam. Pada masa ini terjadi juga perubahan dari konsep moral khusus menjadi prinsip moral umum pada kalangan orang-orang yang terutama tingaal di kawasan perumahan. Hal ini seperti sudah menjadi budaya konsep perbedaan yang disebabkan adanya stratifikasi social. Karena itu pada masa ini orang perumahan sudah susah didapatkan dan diharapkan untuk mempunyai nilai-nilai moral yang dapat melandasi tingkahlaku moralnya seperti membudayakan sikap sopan santun dengan semua tamu. Walaupun demikian, pada masa sekarang, orang tersebut juga mengalami kegoyahan tingkah laku moral. Hal ini dapat dikatakan wajar, sejauh kegoyahan ini tidak terlalu menyimpang dari moraliatas yang berlaku, tidak terlalu merugikan masyarakat.
Selain hal tersebut, setiap kali menyindir orang lain, tokoh “Nyonya” selalu mengatakan dengan kata-kata “ekornya”. Hal ini diungkapkan dengan maksud tujuan yaitu menyindir sikap org lain yang hendak mengabaikan sopan santun dalam bercakap-cakap ataupun bersikap dengan Nyonya. Hal ini selalu menjadi kebiasaan dalam tokor tersebut. Kata itu sering diucapkan tokoh “Nyonya” terutana saat berbicara dengan keponakannya maupun dengan tokoh “Tuan”. Mungkin hal ini bawaan kebiasaan keseharian tokoh tersebut.


3.      Nilai Sosial
Naskah berjudul Nyonya-Nyonya karya Wisran Hadi merupakan naskah yang menggambarkan sketsa hidup kebanyakan orang di Indonesia pada masa dahulu, bahkan sampai pada saat ini dan akan datang. Ide ceritanya simpel namun sangat menusuk. Naskah ini pernah menjadi pemenang kedua Sayembara Menulis Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta 2003.
Cerita dalam naskah ini merupakan cerita yang lucu dan sederhana, namun menyiratkan suatu kritik sosial yang kompleks. Dalam naskah berlatarkan kebudayaan Minang yang kental itu, tersirat suatu penjungkirbalikan budaya Minang itu sendiri, serta menyinggung elite politik yang sering mempermalukan dirinya sendiri dengan berebut kursi pemerintahan dengan bahasa yang simbolik.
Aspek-aspek sosial yang berhubungan dalam penelitian ini adalah faktor ekonomi, agama, dan budaya. Faktor ekonomi (dalam Radjo, 2008:13) adalah satu syarat yang mutlak bagi satu bangsa, maka adat di Minangkabau sampai sekarang telah menyusun ekonomi masyarakat demi kepentingan kehidupan masyarakat sebagai yang tersimpul dalam pepatah adat yaitu sawah ladang banda buatan. Periharalah sawah nan bapirieng, ladang nan babidang oleh penghulu-penghulu sekarang, tambah dan tukuaklah untuk kepentingan ekonomi anak kemenakan sesuai dengan fungsi penghulu “mamalihara harato pusako, pusako jan lah sumbieng, jan dijua digadaikan, imanah jan sampai ilang, bangso jan pupuih, suku jan sampai baranjak.”
Selanjutnya aspek sosial tentang faktor agama. Eksistensi agama tetap diakui, manakala para pemeluknya, apapun agamanya, masing-masing memiliki peran dan kontribusi yang nyata di tengah-tengah masyarakat, dengan berbagai struktur sosial yang ada. Sehingga agama, mampu memberikan arti dalam kehidupan dan makna manusia seutuhnya, atau dalam istilah L. Berger suatu keharusan fungsional (Functional Imperative) dalam struktur sosialnya (Peter L. Berger, 1985:201).
 Menurut Koentjaraningrat (Elly, 2006: 28-29) mengemukakan kebudayaan itu digolongkan menjadi tiga wujud yaitu: 1) wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan, 2) wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan 3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Hubungan budaya pada penelitian ini menyangkut pada golongan ke dua pada wujud budaya di atas, karena sistem sosial perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam bentuk perilaku dan bahasa. Dalam adat Minangkabau sedikitpun tidak mengabaikan perikemanusiaan, hingga adat yang asli tidak terpengaruh oleh alam kebendaan (materi) artinya yang tidak hitam dek arang nan tidak kuniang dekkunyik, nan tidak lamak dek santan.
Cerita kehidupan sosial yang diceritakan dalam naskah drama ini berasal dari Minangkabau, memang memberitahukan tentang nilai yang ada di dalam drama ini. Dalam adat Minangkabau telah dijelaskan bahwa sedikitpun tidak pernah mengabaikan perikemanusiaan, hingga adat yang asli tidak terpengaruh oleh alam kebendaan (materi).
Orientasi terhadap uang jelas terbukti pada tokoh Nyonya yang tidak mampu menjaga nama baiknya, bahkan Nyonya tidak sadar telah menjual harga dirinya. Dengan demikian, dari penjelasan di atas bahwa tokoh Nyonya terbukti setiap tindakan yang dilakukannya mengacu pada orientasi terhadap uang dalam bentuk perilaku materialistis. Contoh dialog seperti di bawah ini:
Tuan   : Lima ratus ribu. Terserah Nyonya. Nyonya lebih suka memilih penjara atau dimarahi suami?
Nyonya         : Ibuku tentu akan memaki-makiku.
Tuan   : Terserah Nyonya, kata saya. Masuk penjara dan nama baik Nyonya hancur atau? (MENYERAHKAN UANG DENGAN PAKSA)
Nyonya         : (MENERIMA UANG ITU DENGAN GUGUP) Ya Tuhan. (MENCIUM UANG ITU BEBERAPA KALI) Jadi, tuan tidak mengatakan pada siapa pun juga, bukan?
Nyonya tidak merasa tenang karena persoalan-persoalan yang berdatangan terhadap dirinya. Dilihat dari tokoh Nyonya yang terbukti tidak bisa menjaga nama baik karena selalu tergiur tawaran tinggi demi mendapatkan uang. Tidak hanya berupa benda mati seperti pekarang rumah, empat petak marmer teras rumah, kursi tamu, kursi makan, dan tempat tidur yang tergadai demi kepentingan untuk mendapatkan uang, sampai- sampai harga diri Nyonya terbeli oleh Tuan. Contoh dialog seperti di bawah ini:
Ponakan A : Kamu takut kan? Syukurlah. Aku akan takut, kalau kamu tidak `takut. Ayo, serahkan uang itu, kalau tidak…. (MENIKAM-NIKAM PISAU ITU KE LANTAI)
Nyonya : Jadi,… jadi… kamu… perlu… uang. Baik.
(MENGELUARKAN UANG DARI DALAM TAS) Ini.

4.      Nilai Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah
Ø  Aturan yang bersumber dari hati nurani manusia
Ø  Ajaran yang baik dan buruk
Ø  Sanksi tidak tegas, menyesal, malu
Ø  Contoh, berlaku jujur, menghargai orang lain.
Nilai kesusilaan yang terdapat dalam drama lakon Nyonya-Nyoya adalah nilai-nilai ketimuran. Kepatuhan seorang istri dalam menjaga nama baiknya dan suaminya adalah budaya Indonesia atau ketimuran. Telah berlangsung sejak zaman kerajaan hingga saat ini mengenai tingkah laku seorang istri.
Terdapat hal yang menarik ketika membaca drama ini. Terdapat hal-hal terkait dengan persoalan budaya negatif. Setiap babak memperlihatkan keinginan kuat dari Nyonya untuk menjaga nama baiknya sebagai seorang agar jangan sampai ada laki-laki yang masuk ke dalam rumah. Terkait dengan nilai ketimuran seorang istri terlihat dari dialog dengan Tuan.

Unsur Intrinsik Naskah Drama Berjudul AYO Karya Puntung Cm Pudjadi


Mengkaji sebuah naskah drama dengan pendekatan strukturalisme berarti mencari unsur-unsur intrinsiknya, berikut ini adalah unsur instrinsik yang terdapat dalam naskah drama berjudul AYO karya Puntung Cm Pudjadi.
1.      Tema
Tema yang diangkat Puntung Cm Pudjadi dalam naskah drama yang berjudul AYO adalah provokasi, karena inti dari konflik yang terdapat dalam naskah drama tersebut adalah saling mempengaruhi dan mengadu domba.
            Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan naskah berikut :
YANG LAIN
Kita harus meminta pertanggungjawaban oknum yang menganiaya warga kita ini.

YANG LAIN
Kita tuntut beramai-ramai.

YANG LAIN
Berbondong-bondong kita datangi komandan si oknum, kita laporkan tindakannya yang kurang ajar.

YANG LAIN
Kalau perlu kita datang sambil membawa poster-poster dan slogan- slogan.

YANG LAIN
Sambil kita teriakkan yel-yel

YANG LAIN
Kalau perlu kita hubungi pers!

YANG LAIN
Mari kita lakukan !

YANG LAIN
Ayo !

YANG LAIN
Ayo !

YANG LAIN
Ayo ! Ayo !

SESEORANG
Sebentar! Kalau kita mau menghadap komandannya dan melaporkan tindakan oknum tadi, kita betul-betul harus tahu permasalahannya, kronologis peristiwanya, apakah Saudara mengerti dengan jelas urut-urutan kejadiannya?

SEMUANYA BENGONG.

            Dari cuplikan naskah diatas, terlihat bahwa orang satu dengan yang lainnya saling memprovokatori tetapi tidak ada yang bertanggungjawab dengan konflik yang terjadi.

2.      Penokohan
Puntung Cm Pudjadi menokohkan lakon dalam naskah drama berjudul AYO ini tidak fokus dengan nama seseorang, karena dalam naskah drama tersebut diungkapkan bahwa lakonnya buka perseorangan melainkan sekelompok orang.
Penokohan dalam naskah drama berjudul AYO adalah :
a.       Seseorang
Tokoh seseorang ini ditunjuk oleh Puntung Cm Pudjadi sebagai tokoh protagonis, maka tokoh ini berwatak baik, karena tokoh Seseorang ini tidak ikut memprovokasi.  Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan naskah di bawah ini :
LANTAS SUASANA KEMBALI MENJADI GADUH. SESEORANG TAMPIL KEMBALI MENJADI PENENANG.

SESEORANG
Tenang dulu saudara-saudara. Kita harus bisa berpikir dengan jernih! (Suasana menjadi tenang kembali). Nah, apakah yang akan kita lakukan, mari kita rembug secara baik-baik.

SESEORANG TAMPIL MENGOBARKAN SEMANGAT.

PEMBERI SEMANGAT
Saudara-saudara, kita telah melihat sebuah tindakan sewenang-wenang di depan mata kita. Kita telah melihat pelangaaran kemanusiaan. Kita melihat main hakim dan tindakan dari orang atau oknum yang tidak bertanggung jawab. Apakah kita akan biarkan terus kejadian seperti ini akan terjadi setiap saat?!

ORANG-ORANG
Tidaaaaakkk!

b.      Orang I
Tokoh Orang I ini ditunjuk oleh Puntung  Cm Pudjadi sebagai salah satu tokoh antagonis yang memprovokasi timbulnya sebuah konflik, dengan memberikan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan tentang konflik yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan naskah di bawah ini :
ORANG I
Ini begini. Orang yang terkapar ini adalah warga kita. Tadi saya melihat ia bertengkar dengan seorang prajurit pengawal raja. Lantas tiba-tiba plok! dan bak-buk-bak-buk! Kemudian ia terkapar.

YANG LAIN
Jadi orang ini dipukuli dengan semena-mena dan tanpa peri kemanusiaan oleh seorang prajurit pengawal raja?

ORANG I
Ya.

YANG LAIN
Tanpa perlawanan'?

ORANG I
Tanpa perlawanan.

YANG LAIN
Kamudian ditinggal pergi?

ORANG I
Kemudian ditinggal pergi

YANG LAIN
Biadab!

Cuplikan diatas adalah bukti bahwa tokoh Orang I adalah provokator awal terjadinya konflik dalam drama ini, dan cuplikan di bawah ini adalah bukti bahwa tokoh Orang I tidak bertanggung jawab dengan informasi yang ia sampaikan.
YANG LAIN
Lha, tadi urutan kejadian yang Saudara lihat bagaimana?

ORANG I
Saya sedang berdiri di sana, kemudian saya mendengar ada pertengkaran antara korban ini dengan seorang oknum prajurit kerajaan. Kemudian  plok dan lantas bak-buk-bak-buk. Kemudian orang ini terkapar di sini mengerang-erang.

c.       Yang Lain
Tokoh Yang Lain ini ditunjuk oleh Puntung Cm Pudjadi sebagai tokoh antagonis yang diperankan oleh perorangan dari semua orang yang menonton kejadian dalam drama ini dan turut terprovokasi oleh provokator dan memanaskan suasana sehingga muncul sebuah konflik. Maka tokoh Yang Lain ini memiliki watak sering berubah pikiran.
Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan naskah di bawah ini :
PEMBERI SEMANGAT
Apakah akan kita biarkan satu per satu warga kita akan mengalami kejadian seperti korban kali ini?

SEMUA
Tidaaakk!

PEMBERI SEMANGAT
Lantas kenapa Saudara tetap di sini. Apa yang kalian tunggu???

YANG LAIN
Ayo kita lakukan sekarang!

YANG LAIN
Sekarang!

YANG LAIN
Ayo!

YANG LAIN
Ayo!

YANG LAIN
Ayo! Ayo!

YANG LAIN
Ayo, Saudara saja nanti yang nienjadi juru bicara kita, cucuking ajurit kelompok ini.

SI PEMBERI SEMANGAT JUSTRU CELINGAK-CELINGUK.

YANG LAIN
Ayo! Kenapa jadi lembek!

PEMBERI SEMANGAT (Kendor)
Lho. untuk menjadi cucuking ajurit toh tidak mesti saya. . .

d.      Pemberi semangat
Tokoh Pemberi semangat ini ditunjuk oleh Puntung Cm Pudjadi sebagai tokoh antagonis yaitu provokator utama dalam naskah drama ini. Diperankan oleh seseorang yang menonton kejadian dalam drama ini dan memprovokasi lakon yang lain untuk memanaskan suasana sehingga muncul sebuah konflik, tetapi setelah ditunjuk menjadi cucuking ajurit dia tidak mau dan bahkan mencari alasan lain untuk mundur. Maka tokoh Pemberi semangat ini berwatak pengadu domba dan tidak bertanggung jawab.
Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan naskah di bawah ini :
SESEORANG
Sesuatu yang bagaimana?

PEMBERI SEMANGAT
Pokoknya menghentikan tindakan sewenang-wenang dan menegakkan keadilan di muka bumi!

SEMUA
Ayooo!

SESEORANG
Bagaimana caranya?

PEMBERI SEMANGAT
Kita datangi komandan pasukan si oknum. Kita beri laporan. Kita tuntut!

SEMUA
Ayooo!

SESEORANG
Lantas?

PEMBERI SEMANGAT
Kita tuntut si prajurit edan itu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

SEMUA
Ayooo!

SESEORANG
Setelah itu?

PEMBERI SEMANGAT
Kita suruh si prajurit mengakui kesalahannya, agar ia menjadi jera, kemudian tidak melakukan perbuatan ini lagi dan keadilan kita tegakkan!

SEMUA
Ayooo!

SESEORANG
Apakah semudah itu?

PEMBERI SEMANGAT
Akan kita coba! Saudara-saudara, apakah saudara rela kesewenang-wenangan mendera kita tiap hari?

e.       Orang-orang
Tokoh Orang-orang ini ditunjuk oleh Puntung  Cm Pudjadi sebagai tokoh tritagonis yang diperankan oleh sekelompok orang yang menonton kejadian dalam drama ini dan turut terprovokasi oleh provokator dan memanaskan suasana sehingga muncul sebuah konflik. Maka tokoh Orang-orang ini berwatak berubah-ubah pikiran, jika ada yang mengajak kebaikan dia akan mengikuti begitu pula jika ada yang memprovokator, maka dia pun akan terpancing emosi.
Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan naskah di bawah ini :
PEMBERI SEMANGAT
Saudara-saudara, kita telah melihat sebuah tindakan sewenang-wenang di depan mata kita. Kita telah melihat pelangaaran kemanusiaan. Kita melihat main hakim dan tindakan dari orang atau oknum yang tidak bertanggung jawab. Apakah kita akan biarkan terus kejadian seperti ini akan terjadi setiap saat?!

ORANG-ORANG
Tidaaaaakkk!

PEMBERI SEMANGAT
Ini bukan kejadian yang pertama kalinya, Saudara. Dan kejadian ini tidak akan berhenti apabila kita tidak bertindak. Apakah Saudara bersedia untuk menghentikan sebuah tindakan kesewenang-wenangan ini dan menjadi patriot, perintis tegaknya sebuah keadilan di bumi ini?

ORANG-ORANG
Bersediaaaa!!!

PEMBERI SEMANGAT
Lantas apakah kita harus menunggu sampal kita sendiri menjadi korban pembantaian oleh oknum kurang ajar dan tak bertanggungjawab itu?

ORANG-ORANG
Tidaaak!

3.      Alur
Alur cerita yang digunakan Puntung Cm Pudjadi dalam naskah drama berjudul  AYO adalah alur campuran yang menggunakan alur maju dan sedikit alur mundur. Alur maju yang terdapat dalam naskah drama berjudul AYO dapat dilihat dari cuplikan drama berikut :
PEMBERI SEMANGAT
Diam! Kalau kita sekedar mengumpat-umpat. persoalannya tidak bakalan selesai. Begini, kita harus melakukan sesuatu!

YANG LAIN
Lantas bagaimana tindakan kita?

PEMBERI SEMANGAT
Kita sudah mendengar ceritanya. Kita sudah melihat korbannya, maka sekarang saatnya kita bertindak!

YANG LAIN
Bertindak bagaimana?

PEMBERI SEMANGAT
Pokoknya bertindak!

YANG LAIN
Bertindak bagaimana?

PEMBERI SEMANGAT
Melakukan sesuatu !

SEMUA
Ayoooo!

SESEORANG
Sesuatu yang bagaimana?

PEMBERI SEMANGAT
Pokoknya menghentikan tindakan sewenang-wenang dan menegakkan keadilan di muka bumi!

SEMUA
Ayooo!

Sedangkan alur mundur yang terdapat dalam naskah drama berjudul AYO dapat dilihat dari cuplikan drama berikut :
SI ORANG YANG DATANG PERTAMA KALI TENTU SAJA PERLU MENJELASKAN.

ORANG YANG I
Ini begini. Orang yang terkapar ini adalah warga kita. Tadi saya melihat ia bertengkar dengan seorang prajurit pengawal raja. Lantas tiba-tiba plok! dan bak-buk-bak-buk! Kemudian ia terkapar.

YANG LAIN
Jadi orong ini dipukuli dengan semena-mena dan tanpa peri kemanusiaan oleh seorang prajurit pengawal raja?

ORANG I
Ya.

YANG LAIN
Tanpa perlawanan'?

ORANG I
Tanpa perlawanan.

YANG LAIN
Kamudian ditinggal pergi?

ORANG I
Kemudian ditinggal pergi

4.      Setting
a.       Setting tempat
Dalam naskah drama ini tidak dijelaskan dimana tempat terjadinya konflik, tetapi konflik ini hanya terjadi dalam satu tempat saja, karena dalam naskah tidak di jelaskan bahwa pemain berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Namun dapat diperkirakan bahwa tempat yang digunakan adalah suatu desa pada zaman dahulu, karena dalam naskah dijelaskan terdapat Raja dan Prajuritnya dan warganya pun masih memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari cuplikan naskah di bawah ini :
ORANG YANG I
Ini begini. Orang yang terkapar ini adalah warga kita. Tadi saya melihat ia bertengkar dengan seorang prajurit pengawal raja. Lantas tiba-tiba plok! dan bak-buk-bak-buk! Kemudian ia terkapar.

YANG LAIN
Jadi orong ini dipukuli dengan semena-mena dan tanpa peri kemanusiaan oleh seorang prajurit pengawal raja?

b.      Setting waktu
Dalam naskah drama ini tidak dijelaskan kapan waktu terjadinya konflik, tetapi konflik ini hanya terjadi dalam satu waktu saja, karena dalam naskah dijelaskan bahwa pemain hanya mengalami satu konflik saja.
c.       Setting suasana
Dalam naskah drama ini digambarkan bahwa suasana memanas saat terjadinya konflik.
5.      Petunjuk teknis
Petunjuk teknis yang digunakan dalam naskah drama ini adalah sebagai berikut :
a.       Drama dimulai saat seorang laki-laki terkapar mengerang-erang di atas panggung. Nampaknya ia baru saja dianiaya. Mukanya bersimbah darah yang meleleh dari hidungnya.
b.      Seseorang mendatangi kemudian nampak panik dan berteriak-teriak meminta tolong. Ia meraih sebuah kenthongan atau entah apa yang kemudian ia bunyikan dengan irama gaduh. Datang serombongan orang yang kemudian ikut-ikutan panik dan kacau. Lantas lebih kacau lagi ketika orang-orang yang datang kemudian itu ikut-ikutan memukul-mukul benda apa saja asal menimbulkan bunyi.
c.       Kemudian datang seorang lagi yang agaknya keheranan melihat sekumpulan orang panik tanpa berbuat sesuatu kecuali memukul-mukul. Ia berusaha melerai orang-orang, menenangkan.
d.      Suara kenthongan dan kegaduhan yang lain berhenti.
e.       Si orang yang datang pertama kali tentu saja perlu menjelaskan.
f.       Lantas suasana kembali menjadi gaduh. Seseorang tampil kembali menjadi penenang.
g.      Tinggal di panggung cuma satu orang. Si orang I, saksi yang melihat kejadian pertama kali. Beberapa saat kemudian terdengar suara pertengkaran dari sudut panggung. Lantas terdengar suara : plok! Bak-buk-bak-buk!
h.      Lantas seseorang yang berlumuran darah terhuyung masuk panggung kemudian terkapar jatuh. Si orang i segera membunyikan kentongan. Ribut dan secara perlahan layar di tutup.

6.      Amanat
Amanat yang terkandung dalam naskah drama berjudul AYO karya Puntung CM Pudjaji ini, yaitu Kita harus berpikiran jernih, janganlah mudah terpancing emosi dan janganlah mudah terprovokasi.