Pages - Menu

Suci Wulandari

Suci Wulandari
Suci Wulandari

Selasa, 24 April 2012

Kata ganti milik antara Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda


1.      Kata ganti milik dalam Bahasa Jawa
Menurut Purwadi dkk (2005:166) kata ganti milik dalam bahasa Jawa dinyatakan dengan panambang -ku, -mu, dan –e yang masing-masing menyatakan aku, kowe, dan orang ketiga yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Aku menjadi -ku
Contoh :
Omah dan aku pemiliknya dapat dikatakan omahku.

b.      Kowe menjadi -mu
Contoh :
Omah dan kamu yang memiliki dapat dikatakan omahmu.

c.       Wong katelu (dheweke) menjadi –e
Contoh :
Omah dan orang lain yang memiliki dapat dikatakan omahe.

Meskipun telah disertai kata ganti milik, panambang e masih tetap digunakan, jadi tidak dihilangkan, misalnya,
·        Jarane Pak Suta pancal panggung.
·        Miturut pemanggihipun bapak mboten prayogi lare neneman sampun sami ses.
·        Karemenanipun bendara naming dhahar lan kasukan.
Namun penggunaan panambang e berikut ini sama sekali tidak benar :
·        Klambine aku yang benar klambiku
·        Dhuwite kowe yang benar dhuwitmu
·        Ganjarane kita yang benar ganjaran kita
Sebaliknya apabila panambang e untuk orang ketiga dihilangkan akan mengubah arti, misalnya :
·        Omahe adhiku – omah adhiku
·        Kucinge Sudarta – Kucing Sudarta
·        Gerahe ibu – gerah ibu
Agar lebih etis atau enak didengar, panambang e terkadang diganti dengan panambang ing, misalnya :
·        Gampiling rembag, mekaten kemawon.
·        Sipating tiyang prayogi njagi raharjenging praja.
·        Dukaning Sang Prabu ndadoskaen getering manah.
Panambang e diganti –ne, apabila suku kata terakhir terbuka (vokal), misalnya :
·        Biru + e = biru + ne
·        Dara + e = dara + ne
·        Pati + e = pati + ne
·        Banyu + e = banyu + ne
·        Roti + e = roti + ne
Demikian juga dengan kata sapaan berikut ini :
·        Bapak + e = bapake atau bapakne
·        Embok + e = emboke atau embokne
·        Kakang + e = kakange atau kakangne
·        Embah + e = embahe atau embahne

Dalam tembang sering sekali panambang e (ne) diganti dengan nya, ira, neki, nireki. Contohnya : marmanira, pamintanya, dasih neki, sabdanireki.

2.      Kata ganti milik dalam Bahasa Sunda
Menurut Kats dkk (1982:187) bahwa dalam bahasa Sunda, kata ganti diri berfungsi sebagai kata ganti milik atau kepunyaan (kecuali inya dan dinya), demikian juga kata ganti refleksif, dan semua istilah kekerabatan dan gelar yang dipakai sebagai kata ganti diri. Kata ganti milik ini diletakkan di belakang kata benda (…+ Noun). Dalam bahasa Sunda kata yang diterangkan selalu ada di belakang kata yang diterangkan, demikian juga mengenai kata ganti tunggal dan jamak pada kata ganti diri dapat diterapkan pada kata ganti milik. Contohnya :
·        Parentah aing artinya perintahku
·        Imah kuring artinya rumahku
·        Kareup maneh artinya keinginanmu
·        Pamundut gamparan artinya perintah tuan
·        Kasaean kangjeng dalem artinya kebaikan bupati
Selain kata ganti diri yang digunakan sebagai kata ganti milik, dalam bahasa Sunda terdapat juga akhiran kepunyaan –na (yang berarti –nya atau kepunyaan mereka) untuk persona ketiga tunggal dan jamak, yang dapat berubah menjadi –ana­ pada kata-kata yang berakhiran –an, eun atau –keun. Contohnya :
·        Anakna gering artinya anaknya sakit
·        Salakina bungah artinya suaminya bahagia
·        Baranghakanna beuki artinya makannya lahap
·        Teu nyana kitu pitungtungeunana artinya tidak menyangka begitu akhirnya
·        Eta kapal mah kapalna ua artinya kapal yang itu adalah kapal milik paman
Dalam bahasa Sunda juga terdapat kata sandang tertentu untuk menyatakan milik. Kepunyaan saya, kepunyaan tuan atau nyonya, kepunyaan dia, dan sebagainya dalam bahasa Sunda dapat juga menggunakan kata anu …, gaduh…, kagungan… . Kata anu sebenarnya kata ganti relatif, yang dalam hal ini mempunyai arti kepunyaan yang bias juga diganti dengan kata boga. Contohnya
·        Baju anu aing yang artinya baju milikku.
·        Kapal anu ama yang artinya kapal milik ayah
·        Hayam gaduh sim kuring yang artinya ayam saya
·        Anu manehnana yang artinya kepunyaannya
·        Kitab kagungan juragan yang artinya kitab tuan

Dalam penggunaan kata sandang kagungan, gelar atau nama diri orang yang bersangkutan jarang digunakan, maka biasanya orang cukup berkata “kitab kagungan”, kecuali kalau orang secara eksplisit ingin mengatakan bahwa buku ini bukan kepunyaan orang lain, melainkan kepunyaan tuan,  maka gelar atau nama yang bersangkutan tidak boleh dibuang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar